SUMENEP, nusainsider.com — Guna mengantisipasi terjadinya kekurangan stok benih padi di pasaran, belasan kelompok tani (Poktan) di Kecamatan Guluk-Guluk menggelar diskusi soal perintisan ketersediaan benih padi secara mandiri, Rabu (9/8/2023).
Kegiatan yang berlangsung di Desa Guluk-Guluk, Kecamatan Guluk-Guluk, tersebut turut didampingi oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Sumenep melalui Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) setempat dan Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Jawa Timur.

Pada kesempatan tersebut, belasan Poktan mendapat arahan dan bimbingan dari Penyuluh Pertanian Utama Ahli Utama, BSIP Jawa Timur, Tini Siniati Kusno, terkait dengan perintisan ketersediaan benih padi secara mandiri.
Menurut Tini, dari belasan perwakilan Poktan yang hadir, ada tujuh Poktan yang menyepakati pembuatan benih padi secara mandiri.
“Selebihnya, memilih tetap membeli benih. Baik itu hibrida maupun inhibrida. Hal ini tentu menjadi faktor meningkatnya biaya produksi dalam menjalankan usaha tani,” ujar Tini.
Tini juga menyatakan bahwa berkurangnya ketersediaan benih padi biasanya terjadi pada musim tanam kedua dan musim tanam ketiga.
“Ini sebagai upaya untuk mengantisipasi penyediaan benih di saat kritis, utamanya pada musim tanam kedua dan musim tanam ketiga,” jelasnya.
Tini menjelaskan bahwa ada 7 benih padi varietas unggul baru (VUB) yang sebelumnya digandrungi dan ditanam oleh sebagian besar petani di Kecamatan Guluk-Guluk.

“Di antaranya adalah Inpari 32, Inpari 42, Inpari Nutrizync, Inpari 24 Gabusan, Jeliteng, Cakrabuana dan Inpari 48 Blas,” tuturnya.

Hampir 90 Persen petani menyukai VUB padi tersebut, namun sayang benih yang disukai tidak tersedia di pasaran atau kios pertanian. Kalaupun ada, belum bisa memenuhi kebutuhan petani,” tambahnya.
Lebih lanjut, Tini berharap kesediaan dari Kepala DKPP Sumenep Arif Firmanto untuk ikut terlibat dalam penerapan Rencana Tindak Lanjut (RTL) ketersediaan benih padi mandiri.
“Terimakasih juga atas respons positif yang telah dilakukan Kepala DKPP Sumenep Arif Firmanto. Kami memang terus butuh support guna merealisasikan rencana ini,” harapnya.
Sementara itu, Kepala DKPP Sumenep, Arif Firmanto mengemukakan bahwa inisiatif penyediaan bibit benih secara mandiri dapat menekan biaya produksi petani dalam menjalankan usaha tani.
“Kolaborasi antara BSIP, DKPP ini dipastikan terus berjalan. Kami juga akan terus melakukan langkah-langkah agar rencana ini terealisasi, salah satunya dengan monitoring RTL,” tegasnya.
Menurutnya, inovasi tersebut mengajarkan petani agar tidak bergantung dengan benih dari perusahaan, akan tetapi harus ada upaya penyediaan benih dengan cara menyediakan benih padi sendiri.
Cara lainnya, melakukan sistem barter dengan sesama petani yang memiliki benih hortikultura selain benih padi sebagai antisipasi kekurangan benih padi saat masuk musim tanam, “Tutupnya.
Diketahui, kegiatan ini dihadiri oleh 18 Poktan dari desa-desa di Kecamatan Guluk-Guluk. Dari 18 Poktan ini, 7 di antaranya menyepakati untuk merintis ketersediaan benih padi secara mandiri.
Sekadar informasi, prosedur pembuatan benih padi secara mandiri ini mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan BSIP Jawa Timur, termaktub pada Permentan No. 39 tahun 2009.