MALANG, nusainsider.com — Malang adalah miniaturnya Indonesia. Tinggal di Kota ini berarti kesempatan berharga untuk belajar menjadi Indonesia seutuhnya.
Menjadi manusia Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika. Dalam rangka meneguhkan kebhinekaan dan merekatkan persaudaraan antar umat beragama inilah, Divisi Kerukunan Umat Beragama UKM CTA UNISMA mengunjungi Kelenteng Eng An Kiong Malang, Minggu (08/10/23).
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjadi ruang belajar dan mencari titik temu dengan berdiskusi secara riang gembira. Kelima pengurus UKM CTA disambut oleh empat pengurus Yayasan Kelenteng Eng An Kiong yakni Bapak Bintaro Mulyo, Zaenal Djajadihardja, Luluk Hanom beserta Ibu Jeni yang secara bergantian menjelaskan terkait sejarah, ajaran, program hingga pada contoh keberagamaan faktual yang relevan.
Setibanya di Kelenteng, Bapak Bintaro mewakili unsur Khonghucu langsung mengajak untuk mengelilingi Kelenteng. Bangunan legendaris yang dua tahun lagi akan berusia dua abad ini berhasil menghadirkan rasa kagum dan rasa penasaran untuk segera ditanyakan.
“Ini adalah visualisasi kehidupan kita setelah kembali ke haribaan-Nya. Ada yang mulutnya digunting karena sering berbohong dan mengadu domba, ada yang dilindas dengan alat yang sangat berat. Tapi juga ada yang nanti bahagia karena amal-amal baiknya”, tuturnya.
Dari altar satu ke altar lainnya mereka larut dalam perbincangan penuh makna di bawah langit sore Kota Malang. Mewakili unsur Budha, bapak Zaenal membagikan banyak pengalamannya sebagai WNI yang pernah berdiaspora ke Swiss dan Jerman.
“Agama harus hadir dalam berbagai problematika global saat ini. Kemajuan teknologi dan kedigdayaan peradaban Barat perlahan memperlihatkan kesenjangannya karena ketidakhadiran agama. Lihat, Finlandia, pendidikannya maju, indeks kebahagiaan hidupnya diakui oleh PBB sebagai yang tertinggi tapi faktanya angka bunuh diri warganya cukup tinggi”, jelasnya.
Sementara itu, Baihaki MA selaku Ketua Umum UKM CTA berterima kasih kepada Yayasan Kelenteng Eng An Kiong Malang yang telah menerima dan menyambut dengan hangat UKM CTA.
“Sebagai Kota Pendidikan yang Allah takdirkan untuk ditimba ilmu dan pengalamannya, kami akan selalu mencintai dan menjaga nilai-nilai agung persaudaraan umat beragama Kota ini. Karena Indonesia Emas 2045 tidak akan terwujud bila sesama anak bangsanya tidak harmonis.
Untuk itulah, kami datang untuk belajar, bertukar pikiran serta menambah guru dan saudara baru dari tempat mulia ini”, tandasnya.
Diketahui, Kelenteng Eng An Kiong sendiri merupakan Kelenteng Tridharma, yang digunakan untuk beribadah umat Khonghucu, Budha dan Taoisme.
Sehingga nilai-nilai toleransi yang agung akan dengan mudah dijumpai di setiap inci bangunan megah yang indahnya.