SUMENEP, nusainsider.com — Di tengah maraknya pemberitaan dugaan penipuan yang menyeret nama EO dan penanggung jawab Sumenep Batik Festival 2025, sebagai bagian dari Madura Culture Festival 2025, aroma intervensi mulai tercium di berbagai lini sejak konflik itu mencuat ke publik.
Salah satu pengrajin batik yang sebelumnya disebut menyerahkan enam potong kain untuk ditampilkan dalam kegiatan tersebut akhirnya angkat suara.

Ia mengaku tidak pernah merasa menjadi korban penipuan seperti yang ramai diberitakan.
Dalam percakapan melalui panggilan WhatsApp dengan pewarta nusainsider.com, Bu Nur, pengrajin Batik Al-Qomar, menegaskan bahwa informasi yang sempat beredar di sejumlah media adalah tidak benar.
“Bukan penipuan, Mas. Saya hanya ikut membuka stand di Sumenep Batik Festival. Tidak ada masalah sama sekali,” ujarnya saat dikonfirmasi melalui telepon, Sabtu (11/10/2025).
Saat dikonfirmasi kembali melalui pesan WhatsApp di waktu yang sama, Bu Nur sapaan akrabnya menegaskan kembali pernyataannya.
“Informasi itu salah, saya tidak turut serta di acara itu. Mohon maaf ya, sekali lagi maaf,” pungkasnya.
Ia menambahkan, jika memang ada persoalan terkait kegiatan tersebut, hal itu bukan urusannya.
“Diskoperindag yang bawa batik saya, kemudian dipamerkan dan dijual di stand mereka. Kalau soal acara, jangan tanya saya,” katanya.
Lebih lanjut, Bu Nur menegaskan bahwa dirinya hanya menitipkan kain batik kepada pihak Diskoperindag Sumenep untuk dipamerkan.
“Saya tidak ikut dalam acara pagelaran batik itu. Tolong diperhatikan, ya. Saya tidak tahu-menahu soal kegiatan itu,” tegasnya menutup percakapan.
Dalam pemberitaan dan percakapan sebelumnya dengan pihak media lain, ia (red. Bu Nur) mengaku bahwa DN bersama IM (Inisial) datang Malam-malam minta bantuan batik yang akhirnya saya kasik 6 (enam) Potong kain, Mintanya itu 8 (delapan).
IM Inisial berjanji mau jahitan batik saya Untuk tampil dampingin model memakai batik saya. Tapi sampai sekarang batik saya hilang, dan menelfon IM juga tidak dibalas, “Katanya dalam pengakuan sebelumnya saat kasus ini awal muka mencuat ke publik.
Sementara itu, Syaiful Bahri, aktivis Aliansi Pemuda Reformasi Melawan (ALARM), menilai bahwa situasi ini menunjukkan adanya dugaan intervensi oleh pihak-pihak tertentu yang mulai mempengaruhi pemberitaan publik.
“Saya tidak mau banyak membantah, tapi dugaan intervensi oleh oknum sudah mulai terasa sejak kemarin, ketika isu dugaan penipuan itu mulai dibongkar,” ujarnya kepada media.
Menurutnya, jalan terakhir untuk mencari keadilan adalah dengan mendesak aparat penegak hukum (APH) melalui aksi turun ke jalan.
“Kami akan menegaskan komitmen perjuangan ini dengan aksi demonstrasi,” tegasnya.
Syaiful menyebut, pihaknya kini tengah merapatkan barisan bersama sejumlah elemen pemuda dan aktivis Sumenep untuk membahas berbagai dugaan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh oknum pejabat publik.
“Malam ini kami sudah konsolidasi bersama para ketua dan aktivis di Sumenep. Kami akan lakukan aksi gabungan karena ini menyangkut pelanggaran oleh pejabat ASN,” ungkapnya.
Hingga berita ini ditayangkan, Dr Novia Sri Wahyuni, Kepala Puskesmas Pamolokan sekaligus penanggung jawab Sumenep Batik Festival 2025 masih belum memberikan klarifikasi. Upaya konfirmasi melalui pesan dan panggilan WhatsApp belum direspons hingga berita ini diterbitkan.
Penulis : Wafa