CIAMIS, nusainsider.com — Pada 16 September 2024, Universitas Siliwangi melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang bertajuk ‘Diseminasi dan Implementasi Inovasi Teknologi Pertanian Adaptif terhadap Perubahan Iklim pada Komoditas Jeruk Lemon California dengan Pendekatan Climate Smart Agriculture (CSA)”.
Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Sukamulya, Kecamatan Cihaurbeuti, Ciamis, bekerja sama dengan Kelompok Tani Karya Laksana VI yang diketuai oleh Asep Kosasih.

Program ini mendapatkan dukungan dana dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) sebagai bagian dari upaya memperkuat sinergi antara pendidikan tinggi dan masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim.
Tim pengabdian yang diketuai oleh Imam Taufiqurrahman, Dosen Teknik Elektro Universitas Siliwangi, bersama dengan anggota tim Andri Ulus Rahayu dan Nurul Risti Mutiarasari, mengusung pendekatan Climate Smart Agriculture (CSA) dalam budidaya jeruk lemon California.
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah memberikan pelatihan kepada petani mengenai teknologi pertanian adaptif terhadap perubahan iklim.
Dengan teknologi ini, para petani diharapkan dapat meningkatkan produksi pertanian sekaligus menyesuaikan dengan perubahan cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi.
Para petani juga diajarkan cara meningkatkan kualitas tanah, mengelola air secara efisien, dan menerapkan strategi agronomi yang lebih ramah lingkungan untuk menjaga keberlanjutan pertanian mereka.
Selain pelatihan budidaya, tim juga memberikan pendampingan tentang pemasaran produk jeruk lemon, mengingat pentingnya pemasaran dalam meningkatkan daya saing di pasar.

Para petani didorong untuk memanfaatkan teknologi digital dan media sosial sebagai alat promosi, serta memperkuat jaringan distribusi agar produk jeruk lemon dapat menjangkau pasar yang lebih luas, termasuk peluang untuk masuk ke pasar ekspor.
“Kami berharap teknologi yang diperkenalkan dalam kegiatan ini dapat diadopsi oleh para petani untuk meningkatkan hasil panen mereka sekaligus meminimalkan dampak perubahan iklim. Ini adalah langkah kecil, tapi penting, dalam membangun ketahanan pertanian di daerah ini,” ujar Imam Taufiqurrahman selaku ketua tim.
Sementara, Asep Kosasih, Ketua Kelompok Tani Karya Laksana VI, memberikan apresiasi tinggi terhadap kegiatan ini.
Ia menyatakan bahwa pelatihan yang diberikan sangat bermanfaat bagi kelompoknya dalam menghadapi perubahan cuaca yang tidak menentu.
“Kami sering menghadapi tantangan akibat cuaca ekstrem yang bisa merusak tanaman kami. Dengan adanya teknologi ini, kami merasa lebih siap menghadapi situasi tersebut dan yakin bisa meningkatkan hasil panen jeruk lemon kami,” ungkap Asep.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa pendampingan pemasaran juga sangat membantu mereka untuk memperluas jangkauan produk, sehingga lebih banyak konsumen yang mengenal jeruk lemon hasil pertanian mereka.
Kegiatan ini menjadi contoh sinergi yang baik antara akademisi dan masyarakat dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim.
Melalui dukungan Kemdikbudristek, para petani lokal tidak hanya mendapatkan pengetahuan baru, tetapi juga solusi konkret untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan.
Diharapkan, kolaborasi semacam ini dapat terus berlanjut untuk memberikan dampak positif yang lebih luas bagi masyarakat di masa depan.
Penulis : Zi