SUMENEP, nusainsider.com — Melalui program upland project sejak tahun 2022 yang masuk diwilayah kami (red. Pasongsongan), ada inovasi baru yang muncul dari petani itu sendiri, salahsatunya Organik shakti, Insektisida Nabati dan fungisida Nabati.
Inovasi baru yang kami maksud adalah munculnya ide untuk membuat Organik shakti dengan menggunakan bahan dari hasil limbah serta rempah-rempah yang ada disekitar lingkungan.

“Jadi, yang ada dilingkungan kita ini oleh sebagian masyarakat dianggap tidak berharga, padahal banyak dipekarangan kita itu ketika dimanfaatkan dengan baik akan menjadi barang berharga yang mampu mengurangi beban para petani”, kata Gus Adim sapaan akrabnya kepada media nusainsider.com, sabtu 29 juli 2023.
Sudah ada kita demplot mandiri, 1500 cabai besar yang biasanya menghabiskan 5juta, justru hanya menghabiskan 300ribu dengan organik shakti tersebut.
Kalau memang biaya produksi semurah-murahnya, jual semahal-mahalnya ini kan tujuan Indonesia pertanian masa kini, kenapa harus biaya mahal-mahal.
Jadi, Kena’ jamur fungisidanya Nabati, kena’ ulat insektisidanya nabati (red. ramah lingkungan) dan tidak berbahaya”, paparnya.
Gus Adim sapaan akrabnya berharap, bagaimana Pemkab sumenep melalui dinas ketahanan pangan dan pertanian (DKPP) menyikapi hasil karya dan atau inovasi petani seperti ini.
Kalau memang mereka biasa bermitra dengan CV yang ada disana, misal CV pemilik Organik ‘A’, CV pemilik pupuk ‘B’. Kenapa tidak yang disini dilabelasikan milik sumenep sendiri, kita besarkan sendiri, dan keuntungan silahkan atur sendiri.
Dan ini kebanggaan terhadap prestasi dinas, karena ini wilayah kebanggaannya, “Harapnya.
Apalagi di upland project 2023 ada sekolah lapang tematik, jadi, artinya ada pelatihan dengan pemateri untuk menambah wawasan serta memperluas pengalaman.
Nah, dari berbagai treatment dan dari berbagai jenis organik yang ada, kami petakan mana yang terbaik.
Ia mengaku, dengan adanya sekolah lapang, pelatihan-pelatihan pada program Upland project, petani banyak berubah. Apalagi tidak usah beli biosaka, kan hanya mengambil daun-daun yang ada di lingkungan bahkan mudah didapat.
“Jadi, kami petani pasongsongan hadir dengan sebuah kualitas”, jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Dan Pertanian (DKPP) Sumenep mengapresiasi inovasi petani dengan membuat pupuk organik sendiri dan memanfaatkan kekayaan alam yang ada disumenep.
Terkait labelisasi inovasi organik shakti yang disampaikan petani, pihaknya akan mengupayakan itu. Tapi yang perlu diketahui bahwa proses perizinannya, produksi dan lain sebagainya itu butuh waktu dan survei dari pihak terkait, “kata kepala dinas ketahanan pangan dan pertanian (DKPP), arif Firmanto kepada media ini.
Ia menyampaikan terimakasih atas inovasi petani tersebut, selain mengenalkan pupuk lokal juga memberikan edukasi kepada petani diwilayah lain agar supaya menghemat biaya dalam bertani.
“Artinya, pupuk tersebut bukan hanya untuk satu komoditas, akan tetapi juga komoditas lain juga bisa menggunakannya”, imbuhnya
![]()

















