SUMENEP, nusainsider.com — Program Upland Project 2025 yang digadang-gadang akan mendongkrak produktivitas bawang merah di Kecamatan Rubaru, Sumenep, justru terancam gagal total akibat lambannya persiapan bibit unggulan lokal, yakni varietas Rubaru.
Hingga pertengahan tahun, belum terlihat adanya aktivitas budidaya maupun kesiapan teknis yang mendukung varietas Rubaru sebagai andalan program.

Padahal varietas ini disebut-sebut menjadi tulang punggung Upland 2025 di wilayah tersebut. Sejumlah pihak mempertanyakan keberadaan varietas Rubaru.
Mulai dari lokasi penanaman hingga siapa pihak yang resmi bertanggung jawab dalam penangkaran benih bawang merah lokal itu.
“Kalau varietasnya Rubaru, seharusnya ditanam di Rubaru. Tapi kenyataannya, tidak ada lahan yang membudidayakan bibit ini di sini,” kata seorang petani lokal yang enggan disebut namanya, Senin 23 Juni 2025.
Kondisi ini memunculkan tanda tanya besar: apakah pemerintah tetap akan memaksakan varietas Rubaru, atau beralih ke varietas bawang merah lain demi menyelamatkan program Upland 2025?
Masalah bertambah pelik karena satu-satunya pihak yang tercatat pernah mengantongi label varietas Rubaru adalah Samsul.
Namun, ia sempat terseret kasus dugaan penyalahgunaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BNI tahun lalu.
Kini beredar kabar bahwa akan disiapkan dua gudang penangkar benih untuk keperluan Upland 2025. Sayangnya, belum jelas siapa pengelola resminya dan apakah mereka memiliki legalitas atas varietas Rubaru.
Informasi yang berkembang menyebut nama-nama baru, namun banyak yang diragukan kapasitasnya. Bahkan muncul dugaan bahwa nama pihak lain hanya akan dicatut untuk kepentingan administrasi proyek.
“Kalau begitu caranya, berarti bukan hanya uang negara yang dirugikan, tapi juga kredibilitas program pemerintah ikut dipertaruhkan,” ujar seorang sumber dari kalangan petani.
Program Upland 2025 sendiri menyisakan anggaran sekitar Rp6-7 miliar untuk pengadaan bibit dan lebih dari Rp3 miliar untuk kegiatan fisik. Tapi hingga kini, belum ada persiapan teknis yang memadai di lapangan.
Idealnya, bibit sudah disiapkan sejak April hingga Mei. Namun hingga menjelang akhir Juni, belum ada tanda-tanda proses budidaya atau distribusi benih di wilayah sasaran program.
“Seharusnya dari awal tahun sudah ada proses penangkaran, uji varietas, hingga distribusi. Tapi sampai sekarang, nol. Ini berpotensi jadi program gagal total,” tegas Rudi, aktivis Sumenep kepada nusainsider.com.
Masyarakat mendesak agar pemerintah daerah serta pelaksana program segera memberikan kejelasan dan transparansi. Mulai dari siapa penangkar resmi, di mana lokasi budidayanya, hingga kesiapan varietas Rubaru itu sendiri.
“Jika tidak ada kejelasan, program ini bukan hanya menyia-nyiakan uang negara. Tapi juga menghancurkan kepercayaan petani terhadap program pemerintah di masa depan,” tutup Rudi.
Di sisi lain, Pemerintah Kabupaten Sumenep melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) mengaku tengah menyiapkan pembangunan gudang penyimpanan benih bawang merah.
Kepala DKPP Sumenep, Chainur Rasyid menyebut tahun ini pihaknya menyediakan dana sebesar Rp1 miliar untuk pembangunan dua unit gudang benih yang akan digunakan mendukung program Upland.
“Iya benar, gudang tersebut akan digunakan untuk penyimpanan benih bawang merah berkualitas,” ujar Chainur Rasyid, dikutip dari Tribunmadura.com, Senin (16/6/2025) lalu.
Ia menjelaskan, anggaran itu dibagi menjadi dua paket kegiatan, masing-masing senilai Rp500 juta untuk pembangunan fisik gudang di dua lokasi berbeda.
Menurutnya, proyek pembangunan gudang tersebut akan segera direalisasikan karena dana sudah tersedia.
“Tahun ini pasti akan terealisasi,” tegasnya.
Meski pembangunan fisik siap jalan, namun masalah utama program tetap belum terselesaikan: ketersediaan varietas Rubaru dan siapa penanggung jawab legalitas bibit yang akan digunakan.
Jika pemerintah tidak segera merespons dengan konkret dan transparan, bukan tidak mungkin Program Upland 2025 hanya akan menjadi catatan kegagalan proyek pertanian berikutnya di Sumenep.
Penulis : Mif