Halaqoh Pertambangan Berlangsung Khidmad di Aula Universitas Guluk-Guluk

Kamis, 4 Juli 2024 - 21:51 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SUMENEP, nusainsider.com Warga nahdiyin yang tergabung dalam Forum Nahdliyin Hijau (FNH) Sumenep menggelar Halaqah terkait pertambangan di Aula Mini Universitas Annuqayah, Guluk-Guluk, Kamis (4/7/2024).

Halaqah ini diinisiasi oleh Yayasan Sataretanan Sumenep Berdaya bersama sejumlah komunitas dan organisasi, seperti Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA) Sumenep, B.A.T.A.N, Observe Madura, Gusdurian Sumenep, dan Berkah Bumi.

Kegiatan yang diikuti oleh sejumlah kiai, aktivis dan warga nahdiyin di Sumenep ini bertajuk “Menimbang Tambang Perspektif Fiqh dan Sosial Ekologi”.

banner 325x300

Pembina Yayasan Sataretanan Sumenep Berdaya KH. Mohammad Shalahuddin A. Warits dalam sambutannya mengatakan bahwa masalah tambang baik di lokal maupun nasional harus diperhatikan secara serius.

“Diskusi ini merupakan sikap kritis kita terhadap PBNU yang kompromi terhadap pengelolaan tambang,” ucap Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Lubangsa itu, Kamis (4/7/2024).

Pria yang akrab disapa Ra Mamak ini menuturkan bahwa konsesi tambang yang didapatkan PBNU memang bisa jadi strategi konservasi.

Baca Juga :  DLH Sumenep Bersama Mahasiswa STKIP PGRI Sumenep Tanam 350 Mangrove, Begini

“Namun yang dikhawatirkan, dengan konsesi ini kita malah dijual. Dan kita hanya menjadi agen kerusakan,” imbuhnya.

Ra Mamak mengajak para kiai yang hadir dalam Halaqah ini untuk tegas dan menyampaikan aspirasinya kepada PBNU.

“Kita tidak boleh lagi bermain-main dan ragu-ragu dalam memberikan masukan kepada PBNU. Karena kita yang hadir di sini semuanya kiai NU dan dalam ekosistem pesantren,” bebernya.

Untuk itu, Ra Mamak meminta, kiai NU harus terus bersuara dalam menyikapi konsesi tambang yang sudah dikantongi PBNU.

“Jika ini tidak kita lakukan, maka pelayanan NU menjadi tidak eksistensial lagi. Karena kita yang seharusnya berada di garda terdepan dalam mendidik masyarakat,” paparnya.

Dia berharap, “Merawat Jagat, Membangun Peradaban” tidak hanya menjadi jargon PBNU di awang-awang.

“Kita harus punya isi dan materi dari apa yang kita gaungkan selama ini. Sehingga kita tidak menjadi bully-an,” pungkasnya.

Diketahui, hadir sebagai pemateri dalam Halaqah ini, Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) Moh. Shohibuddin dan Peneliti Sajogyo Institut Eko Cahyono.

Dari sekian pemateri dan para tokoh yang hadir sepakat bahwa dampak logis dari mekanisme pertambangan hendaknya diketuk-tularkan hingga menjadi kesadaran kolektif masyarakat.

Dengan harapan, kita semua bisa saling menjaga dalam memperlambat pesatnya kerusakan ekosistem dan lingkungan kita.

Baca Juga :  Demi Meningkatkan Produksi Migas Nasional, Kepala SKK Migas ‘Pelototin’ Pembangunan FPSO Marlin Natuna

Menurut Eko Cahyono selaku peneliti yang menjadi pemateri pada halaqah ini, “belum ditemukan adanya penambangan yang berdampak baik terhadap kesejahteraan, kesehatan masyarakat dan lingkungan. Yang sering kita temukan adalah kehidupan yang semakin merana, terbuang dari habitat awal, kehilangan sejarah, budaya dan bahkan kehilangan spiritualitas hidup yang selama ini menjadi sumber nalar masyarakat.

Sementara, Bagi Moh. Shohibuddin,
Multi dimensi dampak (mafsadat) tambang telah jelas dan empirik (nyata), sedangkan “maslahat” nya, masih spekulatif (bisa iya bisa tidak)

Oleh karena itu, komunitas keagamaan jangan sampai menjadikan narasi agama sebagai alasan pembenar bagi kerja-kerja dunia yang cenderung destruktif terhadap mekanisme lingkungan yang memiliki logika tersendiri untuk berubah.

Karena bisa saja agama akan menjadi anugerah atau bencana. Dalam interaksi sosial, agama sangat ditentukan bagaimana ia diperlakukan oleh para penganutnya, difahami bagaimana, digunakan untuk apa, dan yang terpenting, untuk membela siapa?.

Loading

Penulis : Mif

Berita Terkait

Layanan Nonstop! RSUDMA Perkenalkan IPP, Pusat Keluhan dan Solusi Pasien
Tak Pernah Luntur! Pelayanan Kesehatan Tetap Menjadi Prioritas Bupati Sumenep
Wow! IPM Sumenep Unggul, Sampang Terus Menyusul
Cegah Komplikasi Diabetes, Dinkes P2KB Sumenep Perkuat Kapasitas FKTP
Tangkal KEK, Dinkes Sumenep Terjunkan Tim ke Desa Prenduan dan Karduluk
Kolaborasi Digital & Ekonomi Rakyat: Tajamara Jadi Role Model
Musda Terlunta, Ketua KNPI Sumenep Dituding Cari Celah Perpanjangan Jabatan
Bupati Sumenep: Soekarno Run adalah Gerak Kolektif Rakyat
banner 325x300

Berita Terkait

Selasa, 8 Juli 2025 - 19:31 WIB

Layanan Nonstop! RSUDMA Perkenalkan IPP, Pusat Keluhan dan Solusi Pasien

Selasa, 8 Juli 2025 - 17:46 WIB

Tak Pernah Luntur! Pelayanan Kesehatan Tetap Menjadi Prioritas Bupati Sumenep

Selasa, 8 Juli 2025 - 16:28 WIB

Wow! IPM Sumenep Unggul, Sampang Terus Menyusul

Selasa, 8 Juli 2025 - 10:54 WIB

Cegah Komplikasi Diabetes, Dinkes P2KB Sumenep Perkuat Kapasitas FKTP

Selasa, 8 Juli 2025 - 09:04 WIB

Tangkal KEK, Dinkes Sumenep Terjunkan Tim ke Desa Prenduan dan Karduluk

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:49 WIB

Musda Terlunta, Ketua KNPI Sumenep Dituding Cari Celah Perpanjangan Jabatan

Minggu, 6 Juli 2025 - 08:54 WIB

Bupati Sumenep: Soekarno Run adalah Gerak Kolektif Rakyat

Minggu, 6 Juli 2025 - 08:50 WIB

Fettum dan Arya, Duet Silat Cinta dari Sumenep Menyabet Medali Perak

Berita Terbaru

Sumber foto. Badan Pusat Statistik (BPS).

Berita

Wow! IPM Sumenep Unggul, Sampang Terus Menyusul

Selasa, 8 Jul 2025 - 16:28 WIB