MAGELANG, nusainsider.com — Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui program KKN Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) menghadirkan inovasi teknologi pertanian di Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Program ini menawarkan solusi berbasis Internet of Things (IoT) untuk mengatasi masalah hama yang kerap merugikan para petani setempat.
Desa Krogowanan dikenal sebagai wilayah pertanian yang penduduknya masih banyak menggunakan metode tradisional dalam bercocok tanam.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah serangan hama burung dan tikus yang sering merusak tanaman padi. Selama ini, para petani menggunakan kaleng-kaleng bekas yang digantung dan diikat dengan tali untuk menghasilkan bunyi guna mengusir hama.
Namun, cara ini dianggap kurang efektif dan efisien, karena membutuhkan usaha manual dan tergantung pada tiupan angin.
Solusi Inovatif Smart Farming
Melihat tantangan tersebut, tim KKN Abmas ITS menghadirkan solusi dengan sistem Smart Agriculture berbasis IoT. Teknologi ini memanfaatkan motor DC untuk menggerakkan kaleng pengusir hama secara otomatis, tanpa memerlukan campur tangan petani. Selain itu, sistem ini dilengkapi dengan sensor pH tanah, kadar air, suhu, dan kecepatan angin yang terhubung dengan aplikasi berbasis web, sehingga kondisi lahan dapat dipantau secara real-time.
Ketua tim KKN, Isnuansa Maharani, menjelaskan bahwa penerapan teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi hingga 95%.

“Dengan sistem otomatis ini, para petani tidak perlu lagi menarik tali atau menunggu angin untuk menggerakkan kaleng. Semua dilakukan secara otomatis, sehingga lebih efektif dan efisien,” ujarnya.
Tahapan Kegiatan
Program Abdimas ini terdiri dari tiga tahapan utama: Sosialisasi, Pengadaan, dan Implementasi.
Pertama, Sosialisasi dan Survei Lapangan. Pada tahap awal, tim KKN melakukan sosialisasi kepada masyarakat Desa Krogowanan serta survei lapangan untuk memahami permasalahan yang dihadapi.
Langkah ini juga bertujuan mendapatkan dukungan dari pemerintah desa dan warga setempat.
Kedua, Pengadaan Peralatan Tahap kedua dengan melibatkan pengadaan peralatan, termasuk panel surya berkapasitas 50Wp, motor DC, dan perangkat kontrol yang terintegrasi dengan sensor IoT. Semua peralatan tersebut diperlukan untuk pengoperasian sistem otomatis pengusir hama.
Ketiga, mplementasi dan Instalasi
Tahap terakhir adalah pemasangan alat-alat di lahan pertanian. Setelah sistem berjalan, tim KKN memberikan pelatihan kepada para petani mengenai penggunaan alat dan cara pemantauan melalui aplikasi.
Petani diharapkan dapat mengoperasikan sistem ini secara mandiri dalam kegiatan sehari-hari.
Antusiasme Warga dan Dampak Positif
Masyarakat Desa Krogowanan menyambut baik penerapan teknologi ini. Para petani merasa terbantu dengan adanya sistem otomatis yang mengatasi masalah hama lebih efektif.
“Biasanya kami harus terus-menerus menarik tali atau menunggu angin untuk mengusir hama. Dengan alat otomatis ini, semuanya jadi lebih mudah,” kata salah seorang petani setempat.
Selain itu, teknologi ini juga membuka wawasan para petani tentang pentingnya inovasi dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Mereka berharap agar teknologi ini bisa diadaptasi secara lebih luas di daerah-daerah lain.
Dengan adanya teknologi Smart Farming ini, diharapkan produktivitas pertanian di Desa Krogowanan meningkat signifikan. Teknologi ini tidak hanya membantu mengatasi masalah hama, tetapi juga memberikan pemahaman baru tentang pemanfaatan teknologi dalam pertanian yang modern dan efisien.
“Kami optimis bahwa inovasi ini dapat membawa perubahan positif bagi pertanian di Desa Krogowanan dan mungkin di masa depan dapat diterapkan di lebih banyak daerah di Indonesia,” Tutup Isnuansa Maharani.
Ditambahkan, Kegiatan ini juga diharapkan dapat memperkuat kolaborasi antara petani, pemerintah desa, dan lembaga pendidikan untuk menciptakan sinergi yang berkelanjutan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, “Tambahnya
Penulis : Zi