SUMENEP, nusainsider.com — Curah hujan yang tinggi sejak awal ramadhan hingga saat ini membuat lahan penanaman padi di 3 (tiga) kecamatan terancam gagal panen. Diantaranya kecamatan Lenteng Desa Sendir, Kecamatan Batuan Desa Patean, Kecamatan Saronggi Desa Nambakor.
Pasalnya, genangan air hujan yang tingginya rata-tata mendekati satu meter dari permukaan tanah dilahan pertanian yang terendam oleh genangan itu terdapat 66 hektar lebih.
Salahseorang petani yang terdampak banjir dan cuaca ekstrem tersebut merupakan warga yang telah tergabung dalam kelompok tani di Desa Nambakor dan Patean Sumenep.
“Lokasi persawahan itu, merupakan lahan pertanian yang kerap menjadi langganan banjir setiap musim penghujan,” imbuhnya petani desa sendir kecamatan lenteng kepada media nusainsider.com, Minggu 17 Maret 2024.
Sementara itu, Aktivis Sumenep, Abd Halim menyampaikan bahwa resiko buruk banjir tidak hanya dirasakan oleh para petani. Banjir juga menjadi hal menakutkan dan dicemaskan oleh sebagian besar para peternak.
“Banjir yang terjadi di Sumenep saat ini, menjadi hal paling menakutkan, tak hanya bagi para petani, namun juga kemungkinan besar oleh para peternak,” ungkapnya.
Pihaknya menghimbau DKPP Sumenep agar juga berupaya serta memastikan kondisi kesehatan hewan milik para peternak, dengan menurunkan Tim Kesehatan Hewan (Keswan) dan Paramedik Veteriner misalnya.
Serta juga mengupayakan agar ada program yang dapat mengganti kerugian petani, pasca sawahnya terendam banjir. Hal tersebut penting difikirkan kepala DKPP Sumenep yang baru, kalau tidak mampu mundur saja sebagai kepala dinas, “Kecamnya.
Begini mas, harusnya DKPP itu menyampaikan program asuransi tani, sesuai Undang-undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, yang telah ditindaklanjuti dengan penerbitan Peraturan Menteri Pertanian No.40 Tahun 2015 tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian.
Kalau diberbagai media disampaikan bahwa kadis DKPP sudah melakukan peninjauan ke lahan terdampak banjir, apa buktinya? Ada berapa luas lahan dan luas tanam yang terendam banjir? Berapa kerugian petani yang padinya mengalami gagal panen? Apa solusinya? Dan apa langkah DKPP kedepan, sehingga apabila terjadi hal yang seperti itu lagi, petani tidak lagi meradang?.
“Jangan hanya pendataan-pendataan yang sifatnya terkesan stagnasi, harus ada upaya konstruktif sehingga kedepan tidak lagi bicara ini dan itu”, Pungkasnya.
Halim sapaan akrabnya menambahkan, kedepan harus ada kebijakan khusus yang memfasilitasi petani ketika mengalami gagal panen akibat banjir, misalnya harus dengan AUTP (red. Asuransi usaha tani padi). Fasilitasi dari sekarang jangan nunggu Banjir dulu baru mau intruksi untuk pembuatan itu.
“Mengemban Amanah di Dinas pertanian itu tidak cukup hanya dengan gagasan dan atau teori tanpa dibarengi dengan aksi (red. Gerak cepat, tanggap dan terukur). Karena lambat mengatasi persoalan pertanian akan berdampak buruk pada hasil yang semestinya dicapai”, Tutupnya.
Lebihlanjut, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) kabupaten sumenep mengatakan, pihaknya menerima laporan jika terdapat puluhan lahan pertanian tergenang, Kamis (14/3).
Kondisi ini cukup mengkhawatirkan petani. Sebab, jika genangannya berlangsung lama, akan berisiko pada kerusakan tanaman.
Menurutnya, risiko kerusakan akibat genangan kemungkinan kecil. Kalau tergenang 2–3 hari masih aman, karena kondisi padinya sudah tua,” ucapnya.
Pihaknya bersama TIM turut menyaksikan bagaimana kondisi sawah milik petani yang lahannya tergenang air, dampak buruk banjir dan cuaca ekstrem yang melanda.
“Makanya, saya langsung ke lokasi (sawah yang terendam banjir, red.) untuk memastikan,” ungkap Chainur Rasyid kepada media ini, Minggu 17 Maret 2024.
Hingga saat ini, Sejumlah petugas sedang melakukan pendataan di lapangan. Tujuannya, mengecek banyaknya lahan tanaman padi yang berpotensi gagal panen.
”Sejauh ini belum ada laporan tanaman rusak. Teman-teman masih melakukan pendataan,” ungkapnya.
Inong sapaan akrabnya meminta petani agar tidak cemas meski tanamannya rusak. Sebab, bisa mendapat asuransi melalui program asuransi usaha tani padi (AUTP).
Petani akan mendapatkan ganti rugi sesuai tingkat kerusakan. Syaratnya, petani sudah terdaftar dalam asuransi tersebut.
”Kalau ada yang rusak kan bisa diklaim (AUTP). Rata-rata petani di lokasi terdampak itu terdaftar semua,” terangnya.
Ditegaskan, pihaknya akan mengupayakan program yang dapat mengganti kerugian petani, pasca sawahnya terendam banjir.
“Kita ajukan asuransi pada petani melalui Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Petani cukup membayar Rp 36 Ribu per-hektar setiap musim tanam. Sedangkan sisanya sebesar Rp 144 Ribu dibantu oleh pemerintah,” jelasnya.
Adapun resiko yang dijamin dalam AUTP meliputi banjir, kekeringan serta serangan hama dan penyakit tanaman,” Tutupnya.
Penulis : Mif