SUMENEP, nusainsider.com — Kabupaten Pamekasan turut memberikan warna tersendiri dalam perhelatan Madura Culture Festival (MCF) #3 Tahun 2025.
Melalui penampilan Tari Batik Pamekasan, daerah ini berhasil menegaskan identitasnya sebagai sentra batik di Madura.

Tarian tersebut bukan sekadar pertunjukan seni, melainkan juga simbol kuat yang merepresentasikan Pamekasan sebagai Kota Batik.
Diciptakan pada 2009, Tari Batik Pamekasan hingga kini menjadi ikon kebudayaan yang kerap ditampilkan dalam berbagai acara resmi pemerintah kabupaten.
Pencipta tarian ini adalah Chiki Eva Kristiyara, perempuan asal Dusun Panyepen, Desa Panempan, Kecamatan Pamekasan.
Ia juga dikenal sebagai pelatih tari sekaligus ketua Sanggar Rumah Seni Madhuro’om. Karya yang lahir atas inisiatif Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) itu sejak awal memang dirancang untuk menjadi ciri khas daerah.
Sejak kemunculannya, Tari Batik Pamekasan telah mengukir prestasi. Pada 2010, tarian ini masuk dalam 10 penyaji terbaik Festival Karya Tari yang digelar di Kota Surabaya.
Tak hanya itu, pada 2017 Tari Batik Pamekasan bahkan ikut mewakili Indonesia dalam sebuah festival seni di Malaysia.
Ciri khas utama tarian ini terletak pada properti batik Pamekasan yang digunakan pada akhir sesi.
Motif yang ditampilkan adalah sekar jagat dan beras dumpa, dua corak batik tradisional yang sangat identik dengan Pamekasan. Properti tersebut membuat setiap pementasan semakin berkesan dan memukau penonton.
Meski sudah berusia lebih dari satu dekade, Tari Batik Pamekasan tidak berhenti berinovasi.
Chiki Eva menegaskan bahwa inovasi dilakukan hanya pada penggunaan properti, tanpa mengubah esensi maupun gerakan utama. Tujuannya agar tarian tetap autentik sekaligus relevan dengan perkembangan zaman.
Jika pada versi awal penutup tarian menggunakan batik gulung yang kemudian dibentangkan penari, kini telah diganti dengan batik jadi.
Batik tersebut diikatkan di pinggang salah seorang penari, lalu dibentangkan oleh dua penari lain.
“Versi yang sekarang lebih efisien dan simpel dibanding yang dulu,” jelas Chiki.
Meskipun ada perubahan, Chiki menekankan bahwa roh dan keaslian Tari Batik Pamekasan tetap dipertahankan. Hal itu menjadi penting karena tarian ini sejak awal memang diciptakan sebagai identitas budaya Pamekasan.
Tidak mengherankan jika setiap acara pemerintahan di Pamekasan selalu menghadirkan tarian ini sebagai pembuka.
Dengan tampilan penuh keanggunan dan filosofi mendalam, Tari Batik Pamekasan telah berkembang dari sekadar seni pertunjukan menjadi simbol kebanggaan masyarakat Pamekasan.
![]()
Penulis : Wafa

















