SUMENEP, nusainsider.com — Momentum peringatan Hari Batik Nasional 2025 seharusnya menjadi ajang kebanggaan bagi para pengrajin batik di Kabupaten Sumenep. Namun, kenyataan pahit justru dirasakan oleh sejumlah pengrajin yang terlibat dalam Festival Batik Sumenep beberapa minggu lalu.
Alih-alih menjadi etalase promosi budaya lokal, festival tersebut kini meninggalkan jejak kekecewaan. Seorang pengrajin batik bahkan meneteskan air mata saat mengenang kejadian yang dianggap sebagai bentuk penipuan yang melukai hati para pelaku UMKM batik.

“Harapan kami dulu begitu tinggi, ingin batik lokal semakin dikenal. Tapi ternyata malah berujung kecewa,” ungkap seorang pengrajin batik yang identitasnya enggan dipublikasikan, Kamis (2/10/2025).
Berdasarkan informasi yang dihimpun nusainsider.com, dugaan penipuan tersebut menyeret nama Kepala Puskesmas Pamolokan, Drg. Novia Sri Wahyuni, yang diketahui menjadi salah satu penanggung jawab Festival Batik Sumenep.
Sang pengrajin menceritakan bahwa dua orang diantaranya Drg Novia dan IM (Inisial), datang langsung ke rumahnya pada malam hari untuk meminta enam potong kain batik. Kain tersebut dijanjikan akan dijahit dan digunakan mendampingi para model di panggung festival.
“Saya percaya, karena niat saya memang ingin memajukan batik lokal. Tapi sejak kain itu diserahkan, tidak ada kabar lagi. Janji tinggal janji,” keluhnya dengan nada getir.
Ia menambahkan, komunikasi yang semula lancar tiba-tiba terhenti. Bahkan upaya menghubungi salah satu pihak berinisial IM tidak pernah membuahkan hasil.
“Ini bukan soal ganti ruginya, tapi soal kebohongan yang tidak bisa diterima,” tegasnya.
Hingga berita ini dinaikkan, pewarta telah berupaya mengonfirmasi Drg. Novia Sri Wahyuni selaku penanggung jawab festival sekaligus Kepala Puskesmas Pamolokan. Namun, ia memilih bungkam dan enggan memberikan klarifikasi terkait dugaan persoalan yang mencuat.
Sikap diam ini menambah panjang daftar pertanyaan publik mengenai transparansi penyelenggaraan festival, yang seharusnya menjadi kebanggaan masyarakat Sumenep.
Kekecewaan para pengrajin batik akhirnya mendapat perhatian dari Komisi IV DPRD Kabupaten Sumenep. Lembaga legislatif ini berkomitmen memanggil Drg. Novia Sri Wahyuni untuk dimintai penjelasan terkait berbagai persoalan serius yang muncul.
Langkah tersebut juga mendapat dukungan dari kalangan aktivis, salah satunya Aliansi Pemuda Reformasi Melawan (ALARM), yang sejak awal konsisten mengawal kasus ini.
Mereka menilai, dugaan penyalahgunaan wewenang dalam festival budaya tidak boleh dianggap sepele karena menyangkut martabat pengrajin lokal.
Meski luka akibat dugaan penipuan masih membekas, masyarakat diharapkan tetap memberikan semangat kepada para pengrajin batik. Batik bukan sekadar kain bermotif indah, melainkan warisan budaya yang mencerminkan identitas bangsa.
Momentum Hari Batik Nasional kali ini diharapkan tidak hanya menjadi pengingat pentingnya melestarikan budaya, tetapi juga memastikan keadilan bagi para pelaku UMKM batik yang menjadi garda depan dalam menjaga warisan leluhur.
![]()
Penulis : Wafa

















