SUMENEP, nusainsider.com — Meniti jalan dari pesantren ke dunia usaha bukan hal mudah. Namun, H Supriyadi membuktikan bahwa latar belakang santri tak menghalangi kesuksesan. Ia justru menjadikan nilai-nilai pesantren sebagai pondasi bisnisnya.
H Supriyadi adalah alumni Pondok Pesantren Tambakberas, Jombang, salah satu pesantren ternama di Indonesia. Ia dikenal sebagai sosok santri cerdas dan disiplin dalam menimba ilmu agama maupun umum.

Prestasinya semasa mondok (red. Menjadi santi) membawanya terpilih sebagai salah satu dari enam santri yang dikirim ke Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Ia menjalani pendidikan strata satu di kampus prestisius itu pada tahun 1998.
Dalam kompetisi ketat, ia berhasil mengalahkan puluhan ribu santri dari berbagai penjuru Indonesia. Dari sekitar 10 ribu peserta seleksi, hanya enam yang diterima, dan Supyadi termasuk salah satunya.
Kisahnya sebagai santri yang melanjutkan studi ke Al-Azhar menjadi inspirasi banyak kalangan. Namun, siapa sangka jalan hidupnya berlanjut ke dunia usaha, bukan hanya akademik atau dakwah.
Setelah menamatkan studi di Al-Azhar, H Supyadi memilih jalur bisnis sebagai kontribusi nyata untuk masyarakat. Ia mendirikan merek rokok yang kini dikenal luas: Rokok Makayasa dengan Taglinenya ‘Dari Desa untuk Dunia‘.

Rokok Makayasa awalnya hanya beredar terbatas di sebagian wilayah. Namun, perlahan, namanya mulai dikenal hingga ke tingkat nasional. Bahkan, produk tersebut juga telah menjangkau pasar internasional.
Menurut H Supriyadi, salah satu kunci penting pertumbuhan rokok Makayasa adalah kekuatan relasi. Terutama dengan media massa yang turut mempromosikan produk secara konsisten dan strategis.
“Kurva penjualan Makayasa meningkat tajam karena relasi dengan teman-teman media,” ujarnya saat Gala Dinner bersama rekan-rekan Asosiasi serikat Media Siber Indonesia (SMSI) kabupaten Sumenep, Sabtu 10 Mei 2025 malam.
Ia menegaskan bahwa kolaborasi adalah elemen vital dalam ekspansi usaha yang sehat dan berkelanjutan.
Ia menyebut hubungan baik dengan insan pers sebagai aset tak ternilai. Melalui jaringan itu, brand Makayasa tumbuh, dikenal, dan dipercaya oleh pasar yang lebih luas.
Namun di balik semua itu, H Supyadi menekankan bahwa kesuksesan sejati bersumber dari ridho dan doa orang tua. Terutama doa sang ibu, yang diyakini sebagai kekuatan spiritual paling mustajab.
“Doa ibu adalah sumber kekuatan yang tak terlihat, tapi sangat nyata. Semua pencapaian Makayasa tak lepas dari restu beliau,” ungkapnya dengan penuh syukur.
Ia mengingatkan pentingnya menghormati dan membahagiakan orang tua. Baginya, keberkahan hidup dan usaha berasal dari keridhaan mereka, bukan sekadar kerja keras semata.
Kini, rokok Makayasa berhasil menembus 82 kabupaten di seluruh Indonesia. Dalam seminggu, penjualan produk ini mencapai sekitar 150 ball besar. Angka ini terus bertumbuh tiap bulannya.
Tak hanya dalam negeri, Makayasa juga mulai merambah pasar internasional. Produk ini telah dikenal di sejumlah negara dengan permintaan yang cukup stabil dan menjanjikan.
Keberhasilan itu, menurutnya, bukan semata hasil pribadi. Melainkan buah dari kolaborasi yang baik antara tim internal, mitra distribusi, dan media. Semua bergerak dalam satu visi yang sama.
“Alhamdulillah, semua itu berkat kolaborasi dan relasi dengan teman-teman media, Mas,” ucapnya dengan rendah hati.
Ia tetap bersikap sederhana meski produknya telah go international. Sebab Melalui kisahnya, H Supriyadi berharap bisa menginspirasi generasi muda, khususnya warga Sumenep. Ia ingin daerahnya memiliki produk lokal yang berdaya saing nasional bahkan global.
Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersinergi membangun potensi lokal. Menurutnya, Kabupaten Sumenep memiliki banyak sumber daya yang belum tergarap secara maksimal.
“Mari kita belajar agar bagaimana Kabupaten Sumenep ini punya produk berskala nasional,” katanya.
Dirinya percaya, jika dikelola serius, produk lokal bisa menjadi andalan nasional.
Tak hanya dari sisi produk, tetapi juga dari sisi nilai. Produk lokal bisa menjadi sarana dakwah nilai-nilai positif, seperti kejujuran, keberkahan, dan etos kerja santri.
H Supriyadi adalah contoh nyata bahwa santri bisa berkontribusi di berbagai bidang. Ia membuktikan bahwa jalan menuju sukses bisa dimulai dari pesantren, dengan visi besar dan semangat tinggi.
Di tengah tantangan global, kisahnya menjadi bukti bahwa nilai-nilai lokal dan spiritual bisa menjadi fondasi kokoh dalam membangun bisnis, “Tutupnya.
Penulis : Wafa