DPD RI Soroti Premanisme Keuangan: Oknum Ormas Dituding Bekingi Nasabah Leasing

Minggu, 27 Juli 2025 - 08:22 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto. Dr Lia Istifhama, S.Sos.i., M.E.I Anggota DPD RI Jatim

Foto. Dr Lia Istifhama, S.Sos.i., M.E.I Anggota DPD RI Jatim

SURABAYA, nusainsider.comIndustri pembiayaan (finance/leasing) di Indonesia tengah menghadapi tantangan serius. Selain tingginya angka kredit macet, muncul pula fenomena oknum organisasi masyarakat (ormas) yang diduga melindungi nasabah bermasalah.

Hal ini disampaikan Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama, yang akrab disapa Ning Lia.

Bappeda Sumenep

Menurut Ning Lia, kondisi industri leasing saat ini telah memasuki fase kritis. Penurunan performa tidak hanya berdampak pada keuangan perusahaan pembiayaan, tetapi juga berpotensi mengguncang stabilitas ekonomi nasional secara luas.

“Banyak perusahaan finance kini takut menyalurkan pembiayaan karena potensi kerugian. Bahkan ada laporan bahwa nasabah dibekingi oleh oknum ormas, dan ada yang membayar ‘perlindungan’ agar tidak lagi ditagih oleh leasing,” ujarnya, Minggu (27/7/2025).

Ia menilai kondisi ini memicu krisis kepercayaan antara lembaga keuangan dan masyarakat. Industri pembiayaan yang seharusnya menjadi penopang pertumbuhan ekonomi justru stagnan akibat praktik ilegal dan penyimpangan yang tak terkendali.

“Ini bukan sekadar soal gagal bayar (Galbay). Ini tentang pembiaran terhadap intimidasi oleh pihak tak bertanggung jawab. Jika terus terjadi, investor dan lembaga keuangan akan kehilangan kepercayaan, dan efek dominonya bisa melumpuhkan ekonomi nasional,” tegas Ning Lia.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, banyak sektor seperti UMKM, ritel, dan otomotif sangat bergantung pada pembiayaan. Jika arus pembiayaan terhambat, pelaku usaha kesulitan memutar modal, sementara masyarakat kehilangan akses terhadap produk produktif dan konsumtif.

“Kredit untuk kendaraan, alat kerja, hingga modal usaha merupakan sirkulasi penting dalam ekonomi rakyat. Jika leasing berhenti, maka roda ekonomi bisa terjebak dalam stagnasi berkepanjangan,” jelasnya.

Fenomena perlindungan terhadap nasabah nakal oleh oknum ormas ini, lanjut Ning Lia, merupakan bentuk premanisme keuangan yang tumbuh karena lemahnya pengawasan serta absennya penindakan hukum yang tegas.

“Kalau negara tidak hadir memberikan perlindungan, maka perusahaan akan terus menjadi korban pemerasan terselubung. Ini membunuh semangat berusaha dan menghancurkan tatanan keuangan nasional,” tambahnya.

Ning Lia mendesak agar Kementerian Keuangan, OJK, dan aparat penegak hukum melakukan tindakan preventif dan represif terhadap para pelaku yang memanfaatkan celah hukum dan kelemahan struktural demi kepentingan pribadi.

Baca Juga :  Waspada! Perjanjian Utang Piutang Menjadi Perjanjian Jual Beli ; Lia Istifhama Ungkap Cara Kerja Mafia Tanah

Tak hanya itu, Ning Lia juga menyinggung pentingnya peningkatan literasi keuangan di masyarakat. Menurutnya, banyak nasabah belum memahami konsekuensi hukum dan etika dari kontrak pembiayaan yang mereka tandatangani.

“Masyarakat perlu paham bahwa menghindar dari kewajiban pembayaran adalah pelanggaran hukum. Apalagi jika melibatkan kekuatan eksternal yang justru merusak tatanan hukum,” ucapnya.

Pernyataan Ning Lia diamini oleh Hendra, manajer marketing sebuah perusahaan finance nasional. Ia menyebutkan, saat ini perusahaan sangat berhati-hati dalam menyalurkan kredit karena risiko yang semakin tinggi.

“Analisis sekarang tidak hanya berdasarkan dokumen. Kami juga periksa lingkungan dan rekam jejak sosial calon nasabah. Karena meskipun data bagus, bisa saja ujung-ujungnya macet dan tak bisa ditagih akibat intervensi dari luar,” katanya.

Loading

Penulis : Wafa

Berita Terkait

Seminar Nasional SMSI Kupas KEK Madura: Antara Harapan Ekonomi dan Tantangan Ekologi
Warga Gili Iyang Desak PLN, Target Listrik Normal 20 Desember 2025
Bupati Sumenep Apresiasi Penetapan Gus Dur dan Syaikhona Kholil Sebagai Pahlawan Nasional
Beladiri Polri Jadi Ujian Wajib, 78 Personel Sumenep Bersaing Menuju Pangkat Baru
Jangan Lupa! Besok SMSI Sumenep akan Menggelar Seminar Nasional Bahas Green Economy dan Tantangan Ekologis KEK Madura
Suara dari Pulau Gelap: Warga Saebus Menanti Terang Keadilan Energi
Alfian Marsuto Bongkar Hilangnya Pajak Rokok, Alasan Kemiskinan Sumenep Tak Beranjak
Maknai Hari Ayah Nasional, Polres Sumenep Serukan Nilai Cinta dan Tanggung Jawab
banner 325x300

Berita Terkait

Kamis, 13 November 2025 - 17:38 WIB

Seminar Nasional SMSI Kupas KEK Madura: Antara Harapan Ekonomi dan Tantangan Ekologi

Kamis, 13 November 2025 - 16:48 WIB

Warga Gili Iyang Desak PLN, Target Listrik Normal 20 Desember 2025

Kamis, 13 November 2025 - 15:23 WIB

Bupati Sumenep Apresiasi Penetapan Gus Dur dan Syaikhona Kholil Sebagai Pahlawan Nasional

Kamis, 13 November 2025 - 10:18 WIB

Beladiri Polri Jadi Ujian Wajib, 78 Personel Sumenep Bersaing Menuju Pangkat Baru

Rabu, 12 November 2025 - 06:12 WIB

Suara dari Pulau Gelap: Warga Saebus Menanti Terang Keadilan Energi

Rabu, 12 November 2025 - 05:54 WIB

Alfian Marsuto Bongkar Hilangnya Pajak Rokok, Alasan Kemiskinan Sumenep Tak Beranjak

Rabu, 12 November 2025 - 05:24 WIB

Maknai Hari Ayah Nasional, Polres Sumenep Serukan Nilai Cinta dan Tanggung Jawab

Selasa, 11 November 2025 - 20:31 WIB

“From Root to Reels”: Diskominfo Sumenep Cetak Sineas Muda Penuh Nilai Budaya

Berita Terbaru