SUMENEP, nusainsider.com — Dharma Wanita Persatuan (DWP) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sumenep kembali menggelar pertemuan rutin anggotanya dengan nuansa berbeda.
Pada kegiatan yang berlangsung Jumat, 10 Oktober 2025 tersebut, DWP Bappeda menghadirkan salah satu pelaku usaha muda lokal, pengrajin batik asal Kota Keris, dari Wirausaha Muda Sumenep (WMS).

Kehadiran pengrajin batik ini menjadi bagian dari upaya memperkenalkan potensi lokal sekaligus memberikan wawasan baru kepada para anggota DWP terkait dunia wirausaha kreatif dan teknik membatik.
Dalam kesempatan tersebut, para anggota juga berkesempatan mencoba langsung proses pewarnaan batik tulis khas Sumenep.
Ketua DWP Bappeda Sumenep, Asih Wulandari, menyampaikan bahwa kegiatan tersebut merupakan bagian dari agenda rutin DWP yang tidak hanya berfokus pada penguatan organisasi, tetapi juga membangun keakraban dan silaturahmi antaranggotanya.
“Pertemuan rutin ini kami laksanakan sebagai wadah menjalin silaturrahmi antaranggota DWP. Dengan saling bertemu, berbagi pengalaman, dan saling menguatkan, kami berharap semangat kebersamaan terus terjaga,” ujarnya.
Pihaknya juga menambahkan bahwa DWP Bappeda Sumenep berkomitmen untuk terus menghadirkan kegiatan yang bermanfaat, baik dalam hal peningkatan kapasitas diri maupun pemberdayaan ekonomi keluarga.

Ia menilai, kegiatan yang menghadirkan pelaku usaha lokal seperti kali ini bisa menjadi inspirasi bagi para anggota untuk berani berkreasi dan berinovasi.
“Silaturrahmi menjadi hal utama dalam memperkuat solidaritas organisasi. Namun, di sisi lain, kami ingin setiap kegiatan juga memberi nilai tambah pengetahuan, terutama bagi ibu-ibu yang ingin berkontribusi dalam ekonomi keluarga,” imbuhnya.
Sementara itu, Busaki, owner Wirausaha Muda Sumenep (WMS), dalam paparannya menjelaskan pentingnya menjaga keberlanjutan warisan budaya lokal melalui batik.
Menurutnya, batik tidak sekadar produk fashion, melainkan simbol identitas dan kebanggaan bangsa yang perlu terus digaungkan di tengah arus modernisasi.
“Batik adalah entitas bangsa yang harus terus digaungkan. Melalui batik, kita tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga membuka peluang ekonomi yang besar, terutama bagi generasi muda,” kata Busaki.
Ia juga berbagi pengalaman perjalanan WMS sebagai komunitas wirausaha muda yang fokus pada pengembangan produk lokal bernilai budaya.
Dalam sesi tersebut, Busaki memberikan pelatihan singkat mengenai teknik pewarnaan yang indah dan sesuai.
Antusiasme peserta terlihat tinggi. Banyak anggota DWP Bappeda yang mencoba langsung melakukan pewarnaan, menghasilkan karya sederhana namun sarat makna. Suasana kegiatan pun berlangsung hangat dan penuh semangat belajar.
Selain pelatihan membatik, kegiatan tersebut juga diisi dengan diskusi ringan seputar peluang usaha mikro berbasis budaya lokal. Para peserta diajak untuk menumbuhkan kesadaran pentingnya membeli dan menggunakan produk lokal sebagai bentuk dukungan terhadap pengrajin Sumenep.
Pertemuan ditutup dengan sesi foto bersama serta penyerahan cendera mata dari DWP Bappeda Sumenep kepada Busaki sebagai bentuk apresiasi atas partisipasi dan inspirasi yang diberikan.
Melalui kegiatan ini, DWP Bappeda Sumenep berharap dapat terus berperan sebagai wadah pemberdayaan perempuan, tidak hanya dalam lingkup organisasi, tetapi juga dalam kontribusi nyata terhadap pelestarian budaya dan penguatan ekonomi kreatif di Kabupaten Sumenep.
Penulis : Wafa