SUMENEP, nusainsider.com — Ketua Umum Gerakan Guru Ngaji (Gergaji) Sumenep, Amir Syarifuddin, menyerukan pentingnya semangat “Ngopeni Sumenep” sebagai tema besar dalam memperingati hari lahir Kabupaten Sumenep tahun ini.
Menurutnya, Ngopeni Sumenep bukan sekadar slogan, melainkan panggilan moral untuk menumbuhkan kepedulian kolektif terhadap seluruh aspek kehidupan masyarakat, baik sosial, pendidikan, ekonomi, maupun spiritual.

Amir menegaskan, semangat Ngopeni harus diterjemahkan ke dalam bentuk nyata melalui delapan program prioritas yang ia sebut sebagai “Delapan Ngopeni.” Konsep ini menjadi arah perjuangan Gergaji untuk memperkuat nilai sosial, pendidikan, dan spiritual masyarakat Sumenep.
“Ngopeni bukan hanya berarti menjaga, tapi juga merawat dan menghidupkan kembali nilai-nilai luhur Sumenep yang mulai terkikis oleh zaman,” ujar Amir Syarifuddin kepada nusainsider.com, Jumat, 31 Oktober 2025.
Ia menambahkan, delapan gerakan tersebut merupakan landasan moral agar Sumenep tetap bajra (berdaya), molja (bermartabat), dan parjuga (sejahtera).
Delapan Pilar “Ngopeni Sumenep”
Program pertama, Ngopie (Ngopeni Elmu), berfokus pada penguatan pendidikan dan literasi, terutama pendidikan agama bagi generasi muda. Menurut Amir, masyarakat berilmu adalah fondasi utama bagi kemajuan daerah.
“Ilmu harus dihidupkan, bukan hanya dipelajari. Dengan ilmu, masyarakat bisa membedakan mana kebaikan dan kemudaratan,” tegasnya.
Prioritas kedua, Ngogung (Ngopeni Guru Ngaji), menempatkan guru ngaji sebagai pilar moral dan spiritual yang harus lebih dihargai.
“Sudah waktunya guru ngaji mendapat perhatian, bukan hanya dari sisi kesejahteraan, tetapi juga penghormatan sosial,” ujarnya.
Selanjutnya, Ngoat (Ngopeni Kasehatan) menyoroti pentingnya akses kesehatan yang merata, terutama di pedesaan. Amir menekankan perlunya edukasi tentang pola hidup sehat sebagai bagian dari kesejahteraan masyarakat.
“Sehat adalah prasyarat untuk produktif, dan produktif adalah jalan menuju kesejahteraan,” katanya.
Program keempat, Ngorak (Ngopeni Rakyat), menitikberatkan pada pemberdayaan ekonomi masyarakat kecil. Melalui gerakan ini, Gergaji mendorong semangat gotong royong sebagai kekuatan lokal yang perlu dihidupkan kembali.
Menghidupkan Potensi dan Kearifan Lokal
Program kelima, Ngolak (Ngopeni KaLakoan), berfokus pada pengembangan potensi ekonomi lokal seperti kerajinan, kuliner, dan wisata.
“Kemandirian ekonomi dimulai dari mencintai produk sendiri,” ujar Amir, menekankan pentingnya mencintai dan mengembangkan produk lokal.
Keenam, Ngobu (Ngopeni Budaja), menegaskan pentingnya pelestarian budaya lokal sebagai identitas dan pedoman hidup masyarakat.
Menurut Amir, budaya Madura di Sumenep harus dijaga lintas generasi, bukan hanya ditampilkan secara seremonial.
Program ketujuh, Ngope (Ngopeni Petani), menjadi bentuk dukungan terhadap sektor pertanian sebagai penopang utama ekonomi masyarakat. Ia mengingatkan agar kebijakan pemerintah lebih berpihak pada petani dan memastikan keberlanjutan pangan lokal.
Terakhir, Ngoma (Ngopeni Agama), menjadi ruh dari seluruh gerakan Ngopeni. Amir menyebut agama sebagai sumber moral yang menuntun setiap langkah masyarakat agar berorientasi pada kebaikan, keadilan, dan kemanusiaan.
Amir menegaskan bahwa delapan pilar Ngopeni ini sejalan dengan visi besar Sumenep, yakni “Sumenep Bajra, Molja, tor Parjuga.”
Menurutnya, Ngopeni lahir dari proses kontemplasi spiritual dan pemikiran yang bertujuan menjaga sekaligus membangun Sumenep menuju kemajuan yang berkarakter.
Ia berharap seluruh elemen masyarakat pemerintah daerah, tokoh agama, hingga generasi muda dapat menjadikan semangat Ngopeni sebagai pedoman moral dan tindakan nyata.
“Kalau setiap orang mau ngopeni apa yang menjadi tanggung jawabnya, Sumenep akan menjadi daerah yang bajra kuat, molja bermartabat, dan parjuga sejahtera,” tutupnya penuh optimisme.
 ![]()
Penulis : Wafa

					






						
						
						
						
						








