PONOROGO, nusainsider.com — Anggota Badan Pengkajian MPR RI, Dr. Lia Istifhama, terus memperkuat peran lembaga perwakilan rakyat dalam menjembatani aspirasi publik. Melalui kegiatan Penyerapan Aspirasi Masyarakat (Asmada) MPR RI, ia menyapa langsung masyarakat Ponorogo di Pendopo Kabupaten, Sabtu (11/10/2025).
Kegiatan tersebut dihadiri Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko, Wakil Bupati Lisdyarita, Komisioner KPU M. Arwan Hamidi, mantan Komisioner Bawaslu Marji Nurcahyono, dan Ketua GP Ansor Ponorogo M. Ilham. Hadir pula perwakilan Banom NU seperti Ansor, IPNU, IPPNU, PMII, Kopri, dan Fatayat NU.

Menurut Lia Istifhama, pembangunan yang berkelanjutan tidak hanya ditentukan oleh kebijakan pusat, tetapi juga kemampuan pemerintah menangkap aspirasi masyarakat secara autentik.
Setiap kebijakan publik, katanya, seharusnya berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan dan kemaslahatan.
“Saya ingin setiap kebijakan pembangunan mengambil sisi positif dari aspirasi rakyat. Pembangunan bukan sekadar fisik, tapi bagaimana kebijakan itu benar-benar anfauhulinnas, bermanfaat bagi manusia,” ujar Ning Lia.
Anggota DPD RI asal Jawa Timur itu juga menyoroti kekuatan modal sosial Ponorogo sebagai fondasi utama pembangunan.
Ia menilai, harmoni sosial dan semangat gotong royong masyarakat Ponorogo menjadi modal besar bagi terlaksananya kebijakan yang partisipatif dan damai.
“Ponorogo punya kekuatan sosial luar biasa. Ketika ada peristiwa besar pun, masyarakat tetap adem ayem. Kondisi ini menjadi pondasi penting agar program pembangunan berjalan efektif dan diterima semua pihak,” tegasnya.
Wakil Bupati Lisdyarita menambahkan, karakter masyarakat Ponorogo memang cenderung damai dan kompak.
“Alhamdulillah, meski di beberapa daerah lain kadang terjadi kegaduhan, Ponorogo tetap adem dan guyub,” ujarnya.
Dalam forum itu, Ning Lia juga mengapresiasi rencana reaktivasi jalur kereta api nonaktif, khususnya rute Madiun–Slahung, yang kini tengah dikaji oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Ia menilai, transportasi rel memiliki fungsi strategis dalam memperkuat mobilitas sekaligus akselerasi ekonomi daerah.
“Reaktivasi rel bukan hanya proyek infrastruktur, tetapi bagian dari transformasi sosial-ekonomi Ponorogo. Jalur ini akan membuka akses wisata baru, memperlancar logistik, dan memperkuat daya saing wilayah barat Jawa Timur,” ungkapnya.
Menurutnya, jika jalur kereta tersebut kembali aktif, Ponorogo tak hanya terhubung secara fisik, tetapi juga menjadi simpul ekonomi dan pariwisata baru yang berpotensi berkembang pesat di kawasan selatan Jawa Timur.
Rencana Kemenhub untuk menghidupkan kembali jalur Madiun–Slahung disambut positif oleh Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko. Ia menilai langkah tersebut bukan sekadar menghidupkan nostalgia sejarah, tetapi juga memperkuat konektivitas antarwilayah dan membuka peluang baru bagi perekonomian lokal.
“Ini kabar baik bagi masyarakat. Kami menyambut positif rencana Kemenhub. Warga Ponorogo pasti senang bila bisa kembali menikmati perjalanan kereta seperti masa lalu,” kata Kang Giri, sapaan akrabnya.
Ia menjelaskan, pembangunan rel Madiun–Slahung pada masa kolonial Belanda dahulu memiliki tujuan ekonomi yang kuat, dan prinsip itu masih relevan hingga kini. Jalur tersebut diharapkan menjadi urat nadi distribusi barang dan wisata sejarah di Ponorogo.
“Ada alasan kuat mengapa Belanda dulu membangun jalur Madiun–Slahung. Kini semangat itu bisa dihidupkan lagi untuk menumbuhkan ekonomi lokal dan memperluas konektivitas,” tambahnya.
Namun, Bupati Sugiri mengingatkan bahwa keberhasilan proyek ini bergantung pada penyelesaian persoalan sosial dan legalitas lahan.
Ia menekankan pentingnya pendekatan humanis dalam proses reaktivasi jalur agar tidak menimbulkan konflik.
“Di Yogyakarta dan Solo juga ada jalur kereta di tengah kota. Itu bisa diatur agar aman dan tertib. Jadi, reaktivasi ini harus dilakukan secara humanis dan penuh kehati-hatian,” pungkasnya.
Penulis : Wafa