SUMENEP, nusainsider.com — Wisata Edukasi Petik Buah Melon di Desa Braji, Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep, semakin ramai dikunjungi masyarakat. Sejak dilaunching sepuluh hari lalu, lokasi ini menarik perhatian berbagai kalangan.
Mulai dari Dharma Wanita Persatuan (DWP), para dewan guru, hingga masyarakat umum berbondong-bondong mengunjungi wisata edukasi ini. Kehadiran mereka menunjukkan antusiasme tinggi terhadap inovasi wisata berbasis pertanian tersebut.

Saat acara launching, buah melon yang tersedia untuk dipetik mencapai 684 buah. Jumlah ini cukup untuk memenuhi antusiasme pengunjung yang ingin merasakan pengalaman memetik melon langsung dari kebunnya.
Akh. Arifin, pengelola wisata, menyampaikan bahwa anggaran awal pengelolaan petik melon ini berasal dari modal usaha kementerian. Ke depan, ia bertekad mengelola usaha ini secara mandiri.
Menurut Arifin, konsep yang ditawarkan bukan sekadar wisata petik buah, melainkan wisata edukasi. Tujuannya agar siswa-siswi dari berbagai lembaga pendidikan dapat belajar tentang proses budidaya tanaman secara langsung.
“Saya ingin ilmu dan pengalaman saya dalam bidang pertanian bisa tersalurkan kepada generasi muda, agar mereka juga mampu berkarya,” ujarnya saat diwawancarai nusainsider.com di lokasi, Sabtu, 26 April 2025.
Ia menambahkan, kehadiran wisata edukasi ini diharapkan menjadi warna baru di sektor pariwisata Kabupaten Sumenep. Sehingga, wisata di daerah ini tidak terkesan monoton atau itu-itu saja.

Melalui konsep edukasi ini, pengunjung tidak hanya menikmati hasil pertanian, tetapi juga memahami teknik budidaya, perawatan tanaman, hingga sistem hidroponik yang diterapkan di lahan melon tersebut.
Arifin berharap, Pemerintah Kabupaten Sumenep, khususnya Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, memberikan perhatian untuk pengembangan kawasan ini. Salah satunya melalui perluasan jenis tanaman.
“Kalau bisa, ke depan tidak hanya melon, tapi juga ada sayuran segar seperti kembang kol, sawi, dan lainnya,” ucapnya. Ia ingin wisata ini berkembang lebih besar dan beragam.
Targetnya, wisata petik melon ini menjadi pionir wisata petik buah di Sumenep yang dikenal luas. Tidak hanya di Madura dan Jawa Timur, namun juga bisa menembus pangsa wisata nasional.
Terkait varietas melon, Arifin menjelaskan bahwa saat ini jenis yang paling dominan adalah varietas Aniglof, yang mencapai 80 persen dari total tanaman. Sisanya, 20 persen akan diisi oleh varietas Wift Lafender.
“Dengan adanya beberapa jenis varietas, pengunjung bisa merasakan dan membedakan berbagai rasa melon,” paparnya. Namun, untuk sementara ini pihaknya masih fokus pada varietas Aniglof dan Alisa.
Dalam proses pembibitan, sistem hidroponik menjadi andalan. Setiap tanaman diberikan nutrisi khusus dan disiram sesuai kebutuhan pertumbuhan. Sistem ini menjaga kualitas tanaman tetap optimal.
Melalui metode hidroponik, tanaman melon dapat tumbuh lebih sehat dan hasil panennya lebih maksimal. Nutrisi yang diberikan disesuaikan dengan fase perkembangan tanaman.
Arifin menegaskan, pengelolaan nutrisi sangat menentukan rasa, ukuran, serta tingkat kemanisan melon yang dihasilkan. Oleh karena itu, pemeliharaan dilakukan secara intensif.
Untuk memaksimalkan kualitas, panen utama direncanakan dilakukan setiap hari Minggu. Hari itu dipilih agar semua persiapan panen bisa maksimal dan pengunjung mendapatkan buah terbaik.
Selain sebagai objek wisata, kegiatan petik melon ini menjadi sarana edukasi praktis bagi siswa dan masyarakat umum. Mereka bisa melihat langsung bagaimana sebuah tanaman dibudidayakan dari awal.
Wisata edukasi seperti ini diyakini mampu meningkatkan minat generasi muda terhadap sektor pertanian. Hal ini penting mengingat regenerasi petani di Indonesia saat ini masih sangat minim.
Lebih dari sekadar menarik wisatawan, konsep edukasi yang diusung oleh Arifin merupakan langkah strategis membangun kemandirian ekonomi berbasis pertanian lokal.
Dari Desa Braji, wisata edukasi ini menjadi contoh nyata bagaimana inovasi sektor pertanian bisa dikembangkan menjadi potensi pariwisata unggulan daerah.
Apalagi, Kabupaten Sumenep dikenal memiliki potensi pertanian yang cukup besar. Dengan pengelolaan yang baik, pertanian bisa menjadi sektor andalan selain pariwisata budaya dan bahari.
Arifin menyebutkan bahwa konsep wisata petik ini masih terus akan dikembangkan. Ia berencana menambah fasilitas edukasi lain, seperti area belajar hidroponik dan taman bibit.
“Dengan tambahan fasilitas tersebut, wisatawan tidak hanya memetik buah, tetapi juga belajar membudidayakan tanaman sendiri di rumah,” jelasnya penuh semangat.
Harapannya, Desa Braji tidak hanya menjadi destinasi wisata lokal, melainkan juga menjadi pusat pembelajaran pertanian modern di Madura.
Ke depan, Arifin juga menginginkan adanya kolaborasi dengan lembaga pendidikan untuk program magang atau pelatihan langsung di lokasi wisata edukasi ini.
“Semakin banyak anak muda yang terlibat, semakin besar peluang sektor pertanian kita maju,” tandasnya. Ia optimistis konsep ini akan membawa manfaat besar bagi masyarakat.
Dengan dukungan semua pihak, terutama pemerintah daerah, wisata edukasi petik melon ini berpotensi menjadi ikon baru pariwisata berbasis pertanian di Sumenep.
Konsistensi dalam mengelola kualitas tanaman dan edukasi kepada masyarakat menjadi kunci keberhasilan wisata ini ke depan. Arifin yakin dengan kerja keras dan inovasi berkelanjutan, tujuan ini bisa tercapai.
Wisata Edukasi Petik Melon di Desa Braji adalah bukti nyata bahwa inovasi sederhana di sektor pertanian bisa melahirkan potensi besar, baik untuk ekonomi lokal maupun pendidikan generasi muda.
Penulis : Wafa