SUMENEP, nusainsider.com — Dugaan praktik mafia cukai di Kabupaten Sumenep kembali mencuat. Dua sosok berinisial HR, HH dan HS disebut sebagai pengendali jaringan perusahaan rokok (PR) yang terindikasi kuat terlibat dalam manipulasi penebusan pita cukai di wilayah desa Prancak, Kecamatan Pasongsongan, serta menyebar hingga Guluk-Guluk dan sebagian Lenteng.
Informasi ini diungkap oleh seorang warga Desa Prancak yang enggan disebutkan namanya. Kepada nusainsider.com, Jumat, 4 Juli 2025.

Ia menyatakan bahwa HR, HH dan HS telah lama berperan sebagai aktor utama di balik alur distribusi pita cukai di sejumlah perusahaan rokok yang dikendalikan secara terselubung.
“Beberapa PR itu atas nama keponakan, sepupu, bahkan anak mereka. Tapi yang mengatur semuanya tetap HR, HH dan HS,” ujarnya.
Modus yang digunakan adalah meminjam nama anggota keluarga untuk mendirikan perusahaan, namun kontrol operasional dan urusan legalitas cukai sepenuhnya diatur oleh HR, HH dan HS. Model serupa juga digunakan untuk memperluas kendali mereka ke kecamatan lain.
“Sekarang bukan hanya di Prancak. Di Guluk-Guluk dan Lenteng juga mulai banyak PR yang pakai pola begitu. Orang luar nggak bakal tahu, tapi warga sini paham betul siapa pengendalinya,” lanjutnya.
Berikut ini adalah sejumlah nama PR yang diduga dikendalikan oleh HR, HH dan HS:
- PR Putra Sejahtera Abadi – NPPBKC: 807115548
- PT Putra Shafaringga Abadi – Bragung, Guluk-Guluk
- PR Berkah Mitra Jaya Abadi – Desa Guluk-Guluk
- PR Cipta Rasa Abadi – Dusun Guluk-Guluk
- PR Kurnia Abadi – Lenteng Timur
- PR Kembang Bahtara – Desa Prancak
- PR Kembang Suka – Desa Prancak
- PR Daffa Sejahtera – Desa Prancak
- PR Mitra Seribu Karya – Desa Prancak
- PR Bela Sejahtera – Desa Prancak
- PR Salehuddin – Desa Prancak
- PR Suyono – Desa Prancak
- PR Saheri – Desa Prancak
- PR Siti Rahma – Desa Prancak
- PR Abd Rahman – Desa Pranca
- CV Prancak Jaya Sejahtera (Prancak)
- PR HDN Jaya (Prancak)
- PR Kamboja Jaya (Prancak)
- PR Cindy Jaya (Prancak
- PR Murni Sejahtera (Prancak)
- Dan sejumlah lainnya…
Sebagian besar dari perusahaan tersebut bahkan disebut tidak benar-benar melakukan produksi. Mereka hanya mengantongi izin sebagai PR untuk memuluskan transaksi jual beli pita cukai.
“Gudangnya kadang kosong, tapi saat ada sidak, mereka pura-pura kerja. Itu trik lama yang sudah sering dipakai untuk kelabui petugas,” beber sumber yang namanya meminta dirahasiakan.
Warga juga menyebut bahwa HR, HH dan HS memiliki pengaruh kuat, baik dari sisi permodalan maupun jejaring relasi, sehingga banyak pihak memilih diam meski mengetahui praktik yang tidak wajar.
“Kalau bicara izin dan penebusan, semua ujung-ujungnya ke mereka. Kita tahu, tapi nggak bisa ngomong. Mereka punya kuasa,” lanjutnya.
Hingga berita ini dipublikasikan, belum ada tanggapan resmi dari otoritas terkait, baik dari pihak Kepolisian, Bea Cukai, maupun pemerintah daerah.
Pewarta nusainsider.com juga telah berupaya menghubungi HR, HH dan HS untuk meminta konfirmasi, namun belum berhasil memperoleh respons.
Sementara itu, sejumlah pihak mendesak aparat penegak hukum dan Bea Cukai agar segera mengambil tindakan. Dugaan pengendalian PR oleh mafia cukai dinilai berpotensi melanggar hukum di berbagai aspek, mulai dari perpajakan, perdagangan, hingga tindak pidana ekonomi.
“Kalau ini dibiarkan, bukan hanya merugikan negara dari sisi penerimaan cukai, tapi juga mencederai industri rokok lokal yang taat aturan,” tegasnya aktivis ALARM Sumenep kepada media ini.
Mereka juga menyoroti aktivitas sejumlah gudang yang disebut hanya menjadi “Panggung Sandiwara” ketika ada pemeriksaan mendadak (sidak).
Hal ini diduga menjadi modus operandi untuk mengelabui aparat agar seolah-olah proses produksi berjalan normal.
Pihak berwenang diharapkan segera menyelidiki kebenaran dugaan ini. Jika terbukti, pengendalian PR oleh mafia cukai bisa menjadi pintu masuk pengungkapan jaringan pelanggaran ekonomi terorganisir yang lebih besar di wilayah Madura.
Hingga Berita ini dinaikkan pihak pewarta sudah berupaya konfirmasi ke HR via akun WhatsAppnya terlihat centang dua dan bahkan telphonenya terlihat berdering namun belum ada respon.
Penulis : Wafa