PAMEKASAN, nusainsider.com — Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Madura (BEM FEBI UNIRA) Gelar Sekolah Kebangsaan ‘Mahasiswa Jatim Fest Vol 2′ Rabu 30 Oktober 2024.
Salahsatu momen menarik dalam acara yang dibuka oleh Rektor Unira Dr. Drs. Ec. H. Ghazali, M.M., tersebut adalah hadirnya anggota DPD RI Dr. Lia Istifhama, M.E.I., sebagai narasumber dengan tema materi ‘Pancasila sebagai Rekonsiliasi Nasional dan Global’.

Lia Istifhama Anggota Komite III DPD RI mengatakan, pendidikan sebagai salah satu lingkup kerjanya, menampilkan sisi akademisnya tatkala memberikan materi sekaligus diskusi dengan para peserta.
“Kita harus akui bahwa Pancasila memiliki peran penting dalam terwujudnya rekonsiliasi global dan nasional. Sekalipun, dalam implementasi di lapangan, Pancasila masih mengalami tantangan besar, terutama berkaitan dengan sila kelima tentang Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Salah satu bukti nyata tantangan tersebut adalah terjadinya ketimbangan sosial ekonomi yang meningkat secara eksponensial sejak reformasi 1998,” katanya, Jumat (1/11/2024).
Lanjut Ning Lia panggilan akrab dari Lia Istifhama, bahkan Data yang dihimpun tim Poverty Global Practice Bank Dunia pada tahun 2014 menunjukkan bahwa 10 persen orang Indonesia terkaya menguasai sekitar 77 persen dari seluruh kekayaan negeri ini.
“Sedangkan secara global dunia, Indonesia dalam data tersebut, merupakan negara dengan ketimpangan tertinggi dari 38 negara di dunia,” tandasnya.
Sedangkan secara global, Indonesia melalui Pancasila terbukti nyata teguh dan komitmen menjaga perdamaian dunia dengan tetap menjadi bagian penting negara non blok.
“Terkait Palestina pun, Indonesia menyerukan kemerdekaan Palestina sebagai bentuk dukungan kuat eksistensi kemanusiaan di dunia,” tegasnya.
Dalam sesi diskusi, keponakan Gubernur Jatim 2019-2024 Khofifah Indar Parawansa itu menerima aspirasi menarik terkait eksistensi dan tantangan Pancasila. Diantara aspirasi tersebut adalah budaya lokal yang digempur budaya global.

“Harus diapresiasi aspirasi cerdas dari mahasiswa UNIRA yang menyebutkan pentingnya Pancasila sebagai benteng budaya lokal di tengah gempuran budaya global. Ketika ditarik dengan benang merah posisi saya sebagai senator yang mewakili Jawa Timur, maka saya pun harus mengemban tanggungjawab untuk turut serta menguatkan brainstorming kepada masyarakat tentang pentingnya cinta pada Pancasila,” sambungnya.
Dengan mencintai Pancasila, maka sila ketiga Persatuan Indonesia bisa tertanam kuat dalam hati dan stimulus mencintai kearifan lokal, budaya lokal, dan segala potensi lokal.
“Tidak ada kebanggaan berlebihan pada budaya asing, Korean wave misalnya. Jika terbentuk kebanggaan pada budaya lokal, maka secara otomatis pun meningkatkan chemistry sesama anak bangsa untuk turut serta membanggakan potensi daerah masing-masing ketimbang budaya asing,” pungkasnya.
Dalam acara tersebut bukan hanya ratusan mahasiswa yang memadati area seminar nasional, namun juga terlihat beberapa civitas akademika, diantaranya Dekan FEBI Dr. Rachman Hakim, ME
Penulis : Mif