SUMENEP, nusainsider.com — Kabupaten Sumenep memiliki perjalanan panjang dalam memperingati Hari Jadi setiap tahunnya.
Sejak 2018 hingga 2026, perayaan ini tidak hanya menjadi seremoni, melainkan momentum mengenang sejarah dan menegaskan identitas budaya Sumenep.

Tahun 2018 menandai Hari Jadi Sumenep ke-749. Di tahun tersebut, tercatat bahwa selama 749 tahun, Keraton Sumenep telah dipimpin oleh 35 Raja dan 15 Bupati.
Salah satu figur penting dalam sejarah ini adalah Panembahan Sumolo. Ia dikenal sebagai pemimpin tangguh yang pernah berperang melawan Kerajaan Blambangan demi menjaga kehormatan Keraton Sumenep.
Pada 2019, peringatan Hari Jadi ke-750 mengusung tema “Sumenep Rumah Kita”. Dalam momentum ini, sejarah Sumenep ditarik kembali ke masa Prabu Kertanegara dari Kerajaan Singasari pada tahun 1269.
Dari jejak sejarah tersebut, lahirlah Kesultanan Sumenep, dengan pemimpin pertama yang dikenal sebagai Arya Adikara Wiraraja, atau Adipati pertama Sumenep.
Hari Jadi ke-751 tahun 2020 diperingati secara sederhana karena pandemi COVID-19. Saat itu, Achmad Fauzi menjabat Wakil Bupati mendampingi KH. Abuya Busyro Karim sebagai Bupati.
Acara terbatas hanya pada upacara resmi dan rapat paripurna di DPRD pada 31 Oktober 2020, sebagai bentuk penghormatan atas sejarah, namun tetap menjaga protokol kesehatan.
Peringatan tahun 2021 atau Hari Jadi ke-752 menggambarkan semangat pemulihan. Logo tahun itu mengandung filosofi mendalam pada angka-angka 7, 5, dan 2.
Angka 7 berwarna merah melambangkan bentuk keris, simbol keteguhan hati masyarakat menghadapi pandemi, serta representasi Sumenep sebagai Kota Keris.
Angka 5 berwarna hijau menunjukkan keamanan dan kesehatan jiwa masyarakat, sebagai prioritas utama pemerintah dalam masa pemulihan.
Angka 2 berwarna kuning mengandung harapan bahwa Sumenep akan segera bebas dari pandemi COVID-19. Logo ini memperkuat semangat optimisme seluruh elemen masyarakat.
Memasuki tahun 2022, Hari Jadi ke-753 diwarnai dengan konsep budaya bertajuk “Harmoni Bumi Sumekar”. Pemerintah Kabupaten Sumenep menggelar 20 event yang dikemas dalam Sumenep Culture Festival.
Kepala Disbudporapar saat itu, Mohamad Iksan, mengatakan bahwa kekayaan budaya Sumenep patut ditampilkan lebih luas agar dikenal di tingkat nasional dan internasional.
Pada 2023, Hari Jadi ke-754 mengusung tema “Masa Kejayaan”. Dalam perayaannya, Pemerintah Kabupaten Sumenep sukses menghadirkan sebanyak 59 event yang tersebar sepanjang tahun.
Peringatan tahun itu menjadi momentum menunjukkan semangat pembangunan sekaligus pelestarian budaya sebagai jati diri Sumenep yang terus tumbuh.
Setahun berselang, Hari Jadi ke-755 tahun 2024 mencatatkan sejarah baru dengan menghadirkan 100 event. Tema yang diangkat adalah “Sumenep Pentahelix”, simbol kerja sama antara lima elemen: pemerintah, akademisi, bisnis, komunitas, dan media.
Logo Hari Jadi tahun itu berbentuk perahu bertajuk Spirit of Majapahit, yang dibuat di Pantai Slopeng Sumenep. Filosofinya mencerminkan semangat pelayaran, kejayaan, dan keterbukaan terhadap kemajuan.
“Terkait perahu, itu buatan lokal di Pantai Slopeng. Maka kami jadikan simbol Hari Jadi ke-755,” ujar panitia pelaksana saat itu.
Tahun 2025, Sumenep memperingati Hari Jadi ke-756 dengan tema “Ngopeni Soengennep”. Sebanyak 110 event dijadwalkan, menampilkan beragam sektor mulai dari budaya, ekonomi kreatif, olahraga, hingga pariwisata.
Tema ini merepresentasikan semangat masyarakat Sumenep dalam merawat sejarah, budaya, dan kemajuan secara bersama-sama dengan semangat gotong royong.
Kini, menjelang tahun 2026, tema Hari Jadi ke-757 telah resmi diluncurkan pada 12 Juli 2025 di Taman Bunga Sumenep dengan tajuk besar: “Jaja Rajje”.
Tema ini mengandung semangat kejayaan dan kebangkitan Sumenep ke depan. Sebagai daerah dengan sejarah panjang dan budaya kaya, Sumenep terus berinovasi dalam perayaan hari jadinya.
Logo dan tema “Jaja Rajje” menjadi bagian dari persiapan besar menyambut serangkaian event Hari Jadi ke-757 yang akan berlangsung sepanjang tahun mendatang.
Dengan refleksi panjang dari tahun ke tahun, Hari Jadi Kabupaten Sumenep bukan sekadar perayaan ulang tahun. Ia telah menjelma menjadi ruang perenungan, kebangkitan budaya, dan proyeksi masa depan.
![]()
Penulis : Wafa

















