Pilih: 15juta Menjual Kejujuran? Atau 100juta Hanya Untuk Cari Data?

Minggu, 27 Juli 2025 - 17:41 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto. Fauzi As (Advokasi Kebijakan Publik)

Foto. Fauzi As (Advokasi Kebijakan Publik)

OPINI, nusainsider.com Mari kita sepakat bahwa Kejujuran Yang Ikhlas Tak Perlu Menuding. Menghormati Pengakuan, Menuntut Ketepatan” Saya mengucapkan terima kasih kepada Mas Prengki Wirananda atas opininya yang bernas dan reflektif.

Tidak lupa saya berikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Mas Hambali Rasyidi atas keberaniannya menyampaikan pengakuan terbuka terkait aliran dana BSPS.

Bappeda Sumenep

Sebab tidak semua orang memiliki keberanian itu, apalagi di tengah iklim sosial yang sering kali lebih gemar menyudutkan daripada mendengarkan.

Namun, seperti halnya saya menghormati kejujuran Mas Hambali, saya juga berhak mengajukan permohonan yang adil: jangan selipkan tudingan sebelum ada penegasan.

Dalam tulisan sebelumnya yang ditujukan langsung kepada saya, Mas Hambali memulai dengan kalimat, “Fauzi As, jujurlah”. Sebuah kalimat yang mengandung prasangka seolah saya telah menyembunyikan sesuatu.

Padahal saya tidak sedang bermain dalam sembunyi-sembunyi.

Mas Hambali juga menyebut bahwa seseorang yang sering berada di tempat saya disebut menerima Rp 15 juta dari dana BSPS.

Bahkan dengan enteng menyatakan, “Saya biarkan. Tak pernah saya tegur”. Maka saya katakan: saya menghormati sikap tenang Mas Hambali, tapi saya keberatan dengan cara menyisipkan nama saya dalam pusaran opini seperti itu.

Saya ajak Mas Hambali, dengan penuh hormat dan semangat keterbukaan, untuk menulis nama orang itu secara jelas. Kalau perlu, ajak dia minum kopi, saya siap hadir dan ikut duduk bersama.

Baca Juga :  Warga Menangkap, Polisi Melepas, Kinerja Oknum Kanit Polsek Kangayan Sumenep Permalukan Komitmen Prabowo

Kita diskusikan dengan akal sehat dan hati yang lapang. Jangan biarkan ruang publik menjadi tempat bagi tudingan setengah matang.

Sebab saya tidak pernah menulis seseorang menerima uang hanya karena dia sering duduk di rumah Mas Hambali, lalu saya tarik kesimpulan seenaknya.

Saya percaya, opini dan tulisan adalah ruang akal dan etika. Maka mari kita latih pena untuk tetap di rel data, bukan di jalur asosiasi liar.

Jika Mas Hambali punya keberanian mengakui Rp 2.502.500 sebagai bentuk konsumsi dan kopi, saya akan katakan itu sebuah langkah gentleman

Tapi langkah gentleman wajib di ikuti dengan syarat. Jangan kemudian menyertakan nama saya secara tidak langsung sebagai tempat kumpul si penerima 15juta, lalu menyisakan kesan seolah saya ikut dalam aliran itu.

Dan soal angka: Rp 2.502.500 mungkin terasa kecil. Tapi kita tahu, kadang perkara besar justru dimulai dari keberanian menyebut yang kecil.

Maka izinkan saya mengingatkan, kepada Mas Hambali, Ainur, dan Seno, yang dalam tulisan sebelumnya juga disebut untuk menyebutkan seluruhnya dengan jujur dan menyeluruh.

Baca Juga :  Debat Publik Pamungkas Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Sumenep Tahun 2024 Digelar

Apakah benar hanya segitu? Atau ada yang terlupa? Bisa jadi bukan niat menyembunyikan, tapi daya ingat yang manusiawi.

Kalau pun nanti ada angka tambahan misalnya Rp 10 juta yang baru diingat, saya akan tetap menyambut dengan baik.

Sebab manusia adalah tempatnya lupa, bukan tempat menyusun kebohongan lalu melempar jadi opini liar.

Tapi untuk satu hal, yang menyangkut nama saya, saya nyatakan dengan tegas.

Saya bersedia memberikan hadiah sebesar Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah) kepada siapa pun yang bisa menunjukkan bukti, rekaman, transfer, atau pengakuan valid dari siapapun bahwa saya ikut menerima aliran dana BSPS.

Maaf bukan dengan niat menyombongkan diri. Tapi karena saya ingin mengajak kita semua untuk berpikir, bahwa kebenaran tidak dibangun dari opini samar atau kesan-kesan liar yang belum diverifikasi.

Saya tidak ingin masalah ini hanya jadi arisan tudingan. Mari kita buka terang-terangan. Kalau perlu ajak saya untuk diskusi pada ruang-ruang terbuka.

Siapa menerima? Dari siapa? Berapa jumlahnya? Dengan cara apa? Dan bila ada nama-nama besar yang selama ini bersembunyi di balik bayang-bayang sahabatnya, silakan maju!!!.

Jangan lagi jual nama. Jangan lagi lempar isu sambil sembunyi di balik topeng idealisme. Apa lagi hanya seorang banci yang menyamar di balik akun-akun bodong.

Baca Juga :  Kebakaran di Jalan Berlian III Kemayoran Hanguskan 4 Rumah Warga

Terakhir, kepada Mas Prengki: terima kasih atas tulisan yang memberi panggung bagi diskusi sehat. Saya tidak tersinggung, justru saya sangat senang.

Karena lewat tulisan itu, saya tahu bahwa masih ada orang yang percaya pada pentingnya transparansi dan keberanian dalam mengakui kesalahan.

Tapi saya hanya ingin mengingatkan, diri saya dan teman dekat, bahwa di tengah pengakuan dan refleksi, kita semua tetap wajib menjaga akurasi. Jangan ada pengakuan yang hanya menyebut angka di ujung buntutnya.

Misal ada yang menerima Rp 11.500.000 tapi hanya mengaku menerima Rp 1.500.000.

Kejujuran memerlukan “Ketulusan Hati” memiliki niat baik dalam mengatakan sesuatu, tanpa adanya maksud tersembunyi apa lagi manipulasi.

Jika tidak, publik hanya akan terus memaki orang yang tidak bersalah, dan itu merupakan ironi paling menyakitkan dari sebuah perjuangan yang katanya atas nama kebenaran.

Mari kita nyalakan terang, tapi jangan arahkan senter ke mata orang yang tidak pernah ikut berdiri di sana.

Loading

Penulis : Wafa

Berita Terkait

Pemerintah dan Akademisi Sepakat: KEK Madura Harus Berbasis Ekonomi Hijau
KEK: “Khofifah Entah Kemana, Kapolda Enggan Kelihatan”.
Alfian Marsuto Bongkar Hilangnya Pajak Rokok, Alasan Kemiskinan Sumenep Tak Beranjak
DPD RI Tekankan Sinergi Pusat-Daerah Perkuat Perlindungan Konsumen di Papua
Trik Gagal! Pria Ini Sembunyikan Sabu dalam Bungkus Rokok, Tetap Tertangkap
Mengenal Sosok Dermawan Sultan Madura, Begini Kesederhanaan Hidupnya
Bangun Generasi Sehat dan Cerdas, Lia Istifhama Galang Gerakan Stop Pernikahan Dini
Ning Lia: Hari Pahlawan Bukan Seremonial, Tapi Panggilan Menyala untuk Berjuang
banner 325x300

Berita Terkait

Rabu, 12 November 2025 - 23:26 WIB

KEK: “Khofifah Entah Kemana, Kapolda Enggan Kelihatan”.

Rabu, 12 November 2025 - 05:54 WIB

Alfian Marsuto Bongkar Hilangnya Pajak Rokok, Alasan Kemiskinan Sumenep Tak Beranjak

Selasa, 11 November 2025 - 14:48 WIB

DPD RI Tekankan Sinergi Pusat-Daerah Perkuat Perlindungan Konsumen di Papua

Selasa, 11 November 2025 - 10:38 WIB

Trik Gagal! Pria Ini Sembunyikan Sabu dalam Bungkus Rokok, Tetap Tertangkap

Senin, 10 November 2025 - 20:17 WIB

Mengenal Sosok Dermawan Sultan Madura, Begini Kesederhanaan Hidupnya

Senin, 10 November 2025 - 18:39 WIB

Bangun Generasi Sehat dan Cerdas, Lia Istifhama Galang Gerakan Stop Pernikahan Dini

Minggu, 9 November 2025 - 00:20 WIB

Ning Lia: Hari Pahlawan Bukan Seremonial, Tapi Panggilan Menyala untuk Berjuang

Sabtu, 8 November 2025 - 23:18 WIB

Trans Jatim Jadi Model Nasional, Lia Istifhama: Inovasi Khofifah yang Menyentuh Rakyat

Berita Terbaru