SUMENEP, nusainsider.com — Keberadaan psikolog anak di bawah naungan Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Sumenep minim.
Jumlahnya hanya empat orang. Mereka melakukan pendampingan terhadap anak yang membutuhkan pemulihan mental.
Kepala Dinsos P3A Sumenep Mustangin menyatakan, keterbatasan SDM psikolog menjadi salah satu kelemahan bagi lembaganya.
Meski begitu, pihaknya tetap berupaya agar psikolog yang ada bisa memenuhi kebutuhan konseling anak di Kota Keris.
Keterbatasan psikolog tidak membuat Dinsos P3A Sumenep berinisiatif menambah SDM. Alasannya, pendampingan yang dilakukan selama ini cukup baik. Termasuk bagi anak yang menjadi korban kekerasan.
”Selama ini, kami sudah melakukan berbagai berupaya seperti berkoordinasi dengan para penegak hukum,” tuturnya.
Mustangin menambahkan, lembaganya sudah membentuk pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak (P2TP2A).
Mereka bertugas memberikan pendampingan secara komprehensif kepada anak yang menjadi korban kekerasan.
Dinsos P3A Sumenep juga membuka layanan konsultasi, penjangkauan, dan rehabilitasi psiko-sosial.
”Tenaga psikolog memang terbatas (empat orang) itu untuk melayani wilayah kepulauan dan daratan,” sambungnya.
Anggota Komisi IV DPRD Sumenep Sami’oeddin menyatakan, penanganan persoalan kasus anak hingga saat ini masih terkesan setengah hati. Salah satunya dengan minimnya psikolog anak.
”Jadi, wajar apabila ada sebutan tidak ramah anak di Sumenep,” tandasnya.
Pihaknya berharap, Tahun depan Dinas sosial mampu meningkatkan Penanganan persoalany tersebut dengan cara merekrut ahli psikolog serta melakukan sosialisasi secara Inten guna menekan kekerasan terhadap Anak”, Harapnya.
Penulis : Dre