BOM WAKTU DEMOGRAFIS DAN SERDADU POLITIK
Oleh : Arif Rahman

nusainsider.com — Jumlah penduduk sumenep menurut data yang di rilis Dukcapil pada tahun 2022 berjumlah 1.134.810 (satu juta seratus tiga puluh empat ribu delapan ratus sepuluh) jiwa. Dari jumlah tersebut, 800.678 merupakan penduduk dengan usia 15-65 tahun.
Menurut laporan Proyeksi Penduduk Nasional (PPN) dan BPS, usia 15-65 tahun adalah kelompok usia produktif. Artinya, hampir 80 persen penduduk sumenep saat ini berada pada usia produktif.
Sisanya, 222.199 jiwa berada di usia belum produktif (0-14) dan 111.933 usia tidak produktif ( >65). Hal ini mesti dimanfaatkan dengan baik agar seimbang antara populasi dan produktivitas.
Pemerintah Sumenep harus menyiapkan seluruh infrastruktur, ilmu pengetahuan, ekonomi dan teknologi. Tidak ada yang lain. Kecuali hendak menciptakan kemiskinan massal.
Bonus demografi tidak akan berjalan lama. Tahun terus berganti, produktivitas semakin menurun seiring dengan menurunnya penduduk usia produktif.

The Economist, melaporkan, saat ini angka kesuburan dunia terus menurun. Di Asia, pada tahun 2030, lebih dari separuh penduduknya akan berusia di atas 40 tahun, usia menjelang Pensiun.
Puncaknya, tahun 2050, dunia akan mengalami depopulasi besar-besaran. Kondisi ini juga akan berdampak pada produktivitas negara. Bahkan, di akhir abad ini, pemerintahan diprediksi akan kesulitan untuk merencanakan pembiayaan negara.
Kebutuhan untuk pembiayaan penduduk yang sudah tidak produktif semakin besar, sementara pendapatan negara semakin sedikit seiring menyusutnya penduduk.
Jika saat ini kekayaan dunia dipegang oleh tiga orang dengan usia 20-60 tahun, maka sepuluh tahun ke depan hanya akan dipegang oleh tidak sampai dua orang di rentang usia yang sama.
Jika teknologi dipercaya dapat merekayasa satu keadaan, maka bergegas untuk menyiapkan hal itu menjadi penting. Agar situasi ini tidak menjadi bom waktu demografis.
Sejarah mencatat bagaimana Teori Thomas Malthus pada abad 18, sempat membuat dunia khawatir. Malthus memprediksi dunia akan kekurangan pangan dan akan mengalami kelaparan massal.
Berkat teknologi, prediksi Malthus gagal. Apa yang dikhawatirkan tidak terjadi. Kejeniusan manusia mampu menciptakan teknologi yang berhasil memproduksi pangan berlipat ganda, menciptakan alat kontrasepsi untuk menekan angka kehamilan dan ledakan populasi.
Sumenep akan menjumpai tumpahan penduduk usia tidak produktif dan lebih sedikit usia produktif pada tahun 2035.
Artificial Intelligence (AI) telah dikembangkan secara massif untuk mengganti sebagian tenaga manusia. Tetapi betapa pun canggih teknologi, manusia tetaplah tuannya. Tinggal bagaimana pelatuk produktivitas itu dipencet.
Pertaruhannya ada di 2024. Bila pilihan kita terjebak pada gombalan khayali, maka sesungguhnya kita benar-benar mempersiapkan diri menjadi serdadu politik.